Thailand adalah salah satu negara di dunia yang mempertimbangkan untuk ikut menikmati bagian industri kasino global, yang menurut IBIS World menghasilkan pemasukan US$263 miliar tahun lalu.
Uni Emirat Arab membuat kerangka kerja untuk melegalkan gem pada September lalu, sementara Abu Dhabi dan Ras Al Khaimah berada di posisi terdepan dalam legalisasi kasino.
Galaxy Entertainment Group Ltd. dan MGM Resorts International telah mempelajari potensi membuka kasino di tempat-tempat wisata Thailand karena ketidakpastian masa depan di Makau.
Selain itu, operator kasino Singapura dan Filipina menjadi pesaing Makau yang tahun lalu mendapat pemasukan sebesar US$22,75 miliar dari kasino di wilayah itu.
Studi dari operator perjudian internasional tersebut memperlihatkan bahwa di Thailand, pemasukan negara dari sektor pariwisata akan naik sekitar US$12 miliar jika kasino dilegalkan dan ditempatkan di kompleks hiburan besar.
Studi ini menyebut pengeularan rata-rata wisatawan bisa naik 52% menjadi US$1.790 per perjalanan jika kompleks hiburan itu dibangun.
Perdana Menteri Srettha Thavisin, yang secara agresif membuat kebijakan untuk menarik investasi asing, juga mendukung rencana legalisasi sektor yang disebutnya "ekonomi abu-abu" agar penarikan pajak pun menjadi lebih bagus.
"Kompleks-kompleks hiburan akan memperkuat industri pariwisata negara ini," unggah Srettha di akun X. "Dulu, kita membuang waktu dan kesempatan. Pemerintah akan mengambil kembali waktu yang hilang itu dan mengubahnya menjadi kesempatan ekonomi bagi negara dan rakyat."
Meski sebagian besar jenis perjudian dilarang di Thailang, pembukaan kasino akan sejalan dengan lansekap yang lebih liberal untuk menghidupkan kembali industri pariwisata setelah terpukul oleh pandemi Covid-19.
Pada 2022, Thailand menjadi negara Asia pertama yang melegalkan ganja meski sekarang pihak berwenang akan melarang penggunaan di luar keperluan medis. Negara ini juga akan menjadi negara Asia Tenggara yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
(bbn)