Menurut Khudori, kondisi CBP yang memprihatinkan merefleksikan pengadaan beras Bulog dari dalam negeri masih sangat rendah dan tidak memadai. Pemicunya adalah harga gabah dan beras di pasaran masih jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang diumumkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) baru-baru ini.
“Kalau Bulog agresif masuk ke pasar dan bertarung dengan pelaku [usaha perberasan swasta] lain dalam memperebutkan gabah dan beras, hal itu hanya akan membuat harga makin tertarik ke atas alias naik. Ini akan menambah masalah ‘salah urus’ [pengelolaan CBP],” tuturnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar Bulog diberi keleluasaan untuk mengubah metode penyerapan di penggilingan besar. Cara tersebut diperlukan untuk menghindari perebutan gabah dan beras di pasar, padahal HPP Bulog dinilai kurang kompetitif bagi produsen.
“Saat ini pengggilingan-penggilingan besar memasang harga tinggi, tetapi itu semua dilakukan lewat kalkulasi bisnis yang matang. Hal yang perlu dipastikan pemerintah adalah negara tetap punya kontrol terhadap [perusahaan perberasan] swasta lewat regulasi. Misalnya dengan buyback tadi. Atau kewajiban menyetor stok ke Bulog dalam persentase tertentu,” terang Khudori.
Di lain sisi, Bapanas juga terus mendesak pengusaha perberasan agar mau melepas stok mereka kepada Bulog sesuai HPP baru yang ditetapkan pemerintah.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan penyerapan Bulog akan digenjot dalam tiga bulan masa panen agar stok CBP untuk kebutuhan stabilisasi harga dan penyaluran bansos dapat diamankan.
“Panen 3 bulan ini dioptimalkan. Kami sudah kumpulkan penggiling padi besar untuk memberi masukan dan juga membantu mengisi [stok beras] Bulog,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Selasa (21/3/2023).
Pada Senin (20/3/2023), menurut Arief, Bapanas dan Bulog telah menemui 25 pengusaha penggilingan besar untuk komitmen pemasokan ke gudang Bulog. Hasilnya, para pengusaha menjanjikan 60.000 ton beras dipasok ke Bulog secara bertahap hingga Lebaran tiba.
Angka komitmen tersebut masih jauh dari ambang batas aman CBP, tetapi Arief mengatakan Bapanas akan terus memantau kondisi produksi di lapangan saat panen raya guna melihat potensi di sentra-sentra produksi yang dapat diserap Bulog.
Dia pun menegaskan Bulog akan tetap menyerap dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang baru dan telah disetujui Presiden Joko Widodo. “HPP sudah final. Tunggu diundangkan,” tegasnya.
Sekadar catatan, HPP beras di gudang Bulog kini ditetapkan senilai Rp9.950/kg. Harga itu berlaku untuk beras dengan derajat sosoh 95%, kadar air 14%, butir patah maksimum 20%, dan butir menir maksimum 2%.
HPP untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sekarang dipatok senilai Rp5.000/kg dan di tingkat penggilingan Rp5.100/kg. HPP untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan ditetapkan senilai Rp6.200/kg di penggiligan dan Rp6.300/kg di gudang Bulog.
(wdh)