Pengiriman batu bara pun bisa dialihkan ke pelabuhan lain, seperti ke Philadelphia atau Norfolk. Namun, masalah terbesarnya adalah dampak buruk peralihan tersebut terhadap pelabuhan lain.
“Banyak kapal yang terjebak di pelabuhan tersebut dialihkan ke pelabuhan lainnya untuk memuat dan membongkar barang sebelum menuju ke luar negeri, sebuah proses logistik yang rumit yang kini terhambat karena runtuhnya jembatan,” terangnya.
Meski ada sentimen jembatan Baltimore, Sutopo mengatakan tren harga batu bara sebenarnya cenderung merosot pada akhir Maret akibat ketidakpastian permintaan dari China bersamaan dengan pasokan yang stabil di belahan dunia lain.
Kekhawatiran yang masih ada mengenai permintaan listrik China terus berlanjut di tengah meningkatnya tantangan makroekonomi bagi konsumen batu bara terbesar dunia itu.
“Namun, keengganan China dan India untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara telah membuat harga batu bara jauh di atas rata-rata harga sebelum 2021, meskipun sebelumnya ada seruan bahwa penghapusan emisi karbon secara bertahap akan menurunkan permintaan batu bara,” terangnya.
Permintaan India
Dihubungi terpisah, Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan dampak langsung insiden jembatan Baltimore terhadap industri batu bara Indonesia relatif minimalis.
“Efeknya, untuk industri batu bara Indonesia sendiri, saya rasa kita bisa ekspektasi akan adanya peningkatan permintaan sementara untuk batu bara Indonesia dari India, sebagai salah satu importir terbesar batu bara Amerika dengan harga yang relatif cukup baik,” terangnya.
Lebih lanjut, Rizkia menjelaskan operasional industri batu bara Indonesia sendiri relatif tidak terpengaruh, karena rute logistik eskpor batu bara Indonesia berbeda dengan rute AS.
“Namun di sisi lain, di Amerika kita bisa ekspektasi disrupsi rantai pasok [batu bara] untuk sementara waktu,” lanjutnya.
Akibat disrupsi tersebut, Rizkia pun memperkirakan harga pasar batu bara Amerika akan cukup meningkat.
“Hal ini saya rasa juga akan menyebabkan potensi peningkatan harga batu bara acuan global lainnya seperti Newcastle dalam beberapa hari/minggu ke depan sampai situasi di Amerika membaik.”
Pada Rabu (27/3/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk pengiriman Maret tercatat US$129/ton, naik 0,08% dari hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara membukukan koreksi 0,31% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga turun 0,15%.
Harga batu bara sempat menjalani reli mulai pekan ketiga Februari hingga awal Maret. Namun, mulai 6 Maret, harga berada dalam tren penurunan.
Berbeda pandangan, Direktur Eksekutif APBI/ICMA Hendra Sinadia mengamini aktivitas pengiriman dari Pelabuhan Baltimore bakal terhambat selama beberapa pekan, salah satunya juga berdampak pada ekspor batu bara dari AS ke India melalui Pelabuhan Baltimore.
Namun, pelabuhan Baltimore selama ini hanya mengirimkan 1,5 juta ton batu bara per bulan. Terlebih, India saat ini juga memiliki ketersediaan (inventory) batu bara yang cukup.
Dengan demikian, India diproyeksikan tidak bakal menambal pasokan batu bara dari Amerika Serikat, yang berpotensi bakal terlambat (delay), dengan batu bara Indonesia.
“Oleh karena itu, kejadian ini tidak akan berpengaruh ke perdagangan batu bara Indonesia ke India, apalagi India sekarang saat ini inventory batu bara mereka cukup tinggi,” ujar Hendra.
Ambruknya Jembatan Baltimore pada Selasa kemungkinan akan menghentikan ekspor batu bara dari pelabuhan tersebut selama enam pekan.
Tidak hanya itu, runtuhnya jembatan Baltimore juga berpotensi menghalangi pengangkutan hingga 2,5 juta ton batu bara, kata Ernie Thrasher, CEO Xcoal Energy & Resources LLC, dikutip Bloomberg.
AS mengekspor sekitar 74 juta ton batu bara tahun lalu, dan Baltimore merupakan terminal komoditas terbesar kedua.
Penutupan pusat batu bara utama dapat mengganggu rantai pasokan energi global, padahal permasalahan di industri ini yang dipicu oleh pandemi sudah mulai bisa teratasi.
“Anda akan melihat beberapa pengalihan ke pelabuhan lain namun pelabuhan lain cukup sibuk,” kata Thrasher dari Xcoal, sebuah perusahaan perdagangan batubara Pennsylvania yang bekerja sama dengan beberapa pemasok.
“Ada batasan seberapa banyak yang dapat Anda alihkan."
(wdh)