"Penting untuk mengomunikasikan dengan jelas melalui penggunaan berbagai metode bahwa perubahan dalam kerangka kerja kebijakan moneter yang diusulkan pada pertemuan kebijakan moneter ini tidak akan menjadi pergeseran rezim ke arah pengetatan moneter," kata salah satu anggota.
Berbicara di parlemen pada Rabu, Ueda menegaskan kembali bahwa kondisi keuangan diperkirakan akan tetap akomodatif mengingat prospek inflasi BOJ.
Perekonomian Jepang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kuartal ini, meskipun beberapa ekonom memperkirakan kontraksi setelah belanja konsumen turun selama tiga kuartal berturut-turut. Lemahnya belanja kemungkinan merupakan alasan utama mengapa para anggota dewan percaya bahwa pendekatan yang hati-hati terhadap pertimbangan kebijakan diperlukan.
Salah satu anggota, Naoki Tamura, mengatakan pada pertemuan bulan lalu bahwa akan lebih tepat bagi bank untuk menandai garis awal dari proses normalisasi, dengan melanjutkannya dengan hati-hati dan mantap.
Ueda mengatakan minggu lalu bahwa ia melihat adanya risiko bahwa bank akan membutuhkan serangkaian kenaikan suku bunga yang cepat jika pihak berwenang menunggu terlalu lama untuk mengakhiri suku bunga negatif.
Seorang perwakilan dari kementerian keuangan yang menghadiri pertemuan dewan mengisyaratkan keinginannya agar kebijakan moneter tetap mudah, dengan mengutip kelemahan dalam belanja konsumen dan risiko dari ekonomi luar negeri.
"Pemerintah menganggap bahwa proposal-proposal yang dibuat pada pertemuan kebijakan moneter ini mencerminkan keinginan Bank Sentral untuk terus berusaha mencapai target stabilitas harga sebesar 2% secara berkelanjutan dan stabil," ujar perwakilan kementerian keuangan.
Sebuah faktor yang mungkin menyulitkan tugas BOJ adalah lemahnya yen. Sekitar 54% pengamat BOJ melihat adanya kemungkinan bank tersebut terpaksa menaikkan suku bunga untuk menekan nilai tukar yen, menurut sebuah survei Bloomberg minggu lalu.
(bbn)