Sudah menjadi tradisi bahwa Ramadan (dan Idul Fitri) merupakan puncak konsumsi rumah tangga. Ketika produksi bahan pangan masih terkendala faktor cuaca, peningkatan permintaan tentu akan membuat tekanan harga makin parah.
Mengutip catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga berbagai kebutuhan pokok memang melonjak bulan ini. Harga rata-rata beras medium sepanjang Maret adalah Rp 14.290/kg. Naik 2,66% dibandingkan Februari dan meroket 20,79% dari Maret tahun lalu.
Kemudian rata-rata harga beras premium pada Maret ada di Rp 16.430/kg. Naik 3,33% selama sebulan terakhir dan melesat 21,43% dalam setahun.
Lalu rerata harga daging sapi murni pada Maret adalah Rp 135.180/kg. Bertambah 0,87% dibandingkan Februari dan 0,36% ketimbang Maret 2023.
Sementara harga cabai merah keriting pada Maret adalah Rp 57.230/kg. Turun 0,59% dalam sebulan tetapi melejit 32,48% selama setahun terakhir.
Sedangkan harga bawang putih bonggol pada Maret ada di Rp 40.470/kg. Naik 4,87% dibandingkan Februari dan melesat 29,38% dari posisi Maret tahun lalu.
Adapun rata-rata harga daging ayam ras pada Maret adalah Rp 37.990/kg. Naik 5,12% dari posisi Februari dan 12,1% dibandingkan Maret 2023.
Harga telur ayam ras juga naik. Rata-rata harga telur ayam ras pada Maret adalah Rp 31.590/kg. Naik 9,31% dari Februari dan 11,27% ketimbang Maret tahun lalu.
Harga gula konsumsi juga bergerak ke utara. Rerata harga gula pada Maret adalah Rp 17.810/kg. Naik 1,59% dibandingkan Februari dan melonjak 23,85% dari Maret 2023.
Emas dan Inflasi Inti
Tidak hanya inflasi umum, laju inflasi inti pun diperkirakan terakselerasi. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi inti pada Maret sebesar 1,71% yoy. Sedikit lebih tinggi ketimbang Februari yang sebesar 1,68% yoy.
Sepertinya percepatan laju inflasi inti sedikit banyak disebabkan oleh kenaikan harga emas. Ya, emas adalah salah satu komoditas di ‘keranjang’ inflasi inti.
Sepanjang Maret, rata-rata harga emas dunia adalah US$ 2.161,87/troy ons. Naik 6,72% dibandingkan Februari dan 12,87% dari posisi Maret tahun lalu.
Ke depan, reli harga emas kemungkinan masih akan berlanjut. Faktor pemicu utamanya adalah tren penurunan suku bunga acuan.
Mengutip Bloomberg News, Strategist Invesco Ltd Kathy Kriskey menyebut reli harga komoditas biasanya terjadi saat iklim suku bunga rendah.
“Semua orang berfokus kepada aset lain, tetapi kami melihat harga komoditas dalam 5 siklus pelonggaran moneter biasanya berkinerja baik. Fundamentalnya bagus. Saat orang-orang nyaman dengan situasi ekonomi, maka mereka akan meningkatkan belanja,” papar Kriskey.
Sementara riset Goldman Sachs menyatakan komoditas bisa memberikan keuntungan lebih dari 15% tahun ini. Biaya ekspansi yang lebih rendah seiring penurunan suku bunga, pemulihan aktivitas ekonomi, dan risiko geopolitik menjadi pendorongnya.
“Harga emas menuju US$ 2.300/troy ons adalah target teknikal yang masuk akal. Dalam waktu dekat, emas masih bisa menjalani skenario overshoot,” tegas Marcus Garvey, Head of Commodity Strategy di Macquarie Group Ltd.
(aji)