Dalam sepekan terakhir, indeks ini naik 0,55% secara point-to-point.
Ekonomi AS Solid
Malam tadi waktu Indonesia, ada 2 rilis data di Negeri Adidaya. Pertama adalah indeks harga rumah.
Indeks harga rumah yang dirilis S&P CoreLogic Case-Shiller pada Januari melonjak 6,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,2% dan menjadi yang tertinggi sejak November 2022.
Kedua adalah pemesanan terhadap barang tahan lama (durable goods). US Census Bureau melaporkan, pemesanan pada Februari naik 1,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang anjlok 6,9%.
Dua data ini menjadi bukti bahwa ekonomi AS masih ‘panas’. Permintaan masih solid, yang membuat tekanan inflasi masih akan membayangi.
Dengan demikian, makin sulit bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Bahkan Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic melihat bank sentral hanya bisa menurunkan suku bunga acuan sekali pada tahun ini.
“Saya tidak lebih percaya diri dibandingkan Desember bahwa inflasi akan terus turun menuju target 2%. Tekanan harga bisa membuat penurunan suku bunga acuan mundur dari perkiraan sebelumnya
“Saya tidak terburu-buru. Jika perkembangan berjalan sesuai trayektori, maka saya sudah senang,” papar Bostic, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Belum jelasnya waktu pemangkasan Federal Funds Rate membuat dolar AS berada di atas angin. Hasilnya, mata uang Negeri Adikuasa masih digdaya di Asia, termasuk di hadapan rupiah.
(aji)