Undang-undang penting ini berupaya mengubah secara resmi komposisi pernikahan dari "pria dan wanita" menjadi "dua individu", dan mengubah status hukum resmi dari "suami dan istri" menjadi "pasangan menikah".
Thailand akan menjadi tempat ketiga di Asia yang mengakui pernikahan sesama jenis, setelah Taiwan dan Nepal, dan berada di antara sekitar 40 negara di seluruh dunia yang menjamin hak perkawinan yang setara.
Upaya terbaru di tempat lain di kawasan ini memiliki hasil yang beragam. Hong Kong belum mematuhi perintah pengadilan tahun 2023 untuk menetapkan undang-undang yang mengakui kemitraan sesama jenis. Sementara Mahkamah Agung India menolak untuk melegalkan pernikahan sesama jenis, dengan mengatakan itu adalah masalah yang harus dipertimbangkan oleh parlemen.
Hukum Thailand telah melindungi kelompok LGBTQ dari sebagian besar diskriminasi sejak 2015, tetapi upaya untuk memformalkan hak pernikahan terhenti. Pada 2021, Mahkamah Konstitusi menegakkan undang-undang yang mengakui pernikahan adalah eksklusif antara pria dan wanita. Tahun lalu, RUU untuk mengakui kemitraan sipil sesama jenis gagal disahkan parlemen menjelang pemilihan umum.
Pemerintah Srettha juga berjanji untuk menyusun RUU yang mengakui identitas gender. Kementerian Kesehatan juga mengusulkan untuk melegakan surogasi komersial yang memungkinkan pasangan LGBTQ mengadopsi anak. Thailand sedang berusaha menjadi tuan rumah acara WorldPride di Bangkok pada 2028.
Melegalkan pernikahan sesama jenis dapat berdampak positif pada pariwisata, yang berkontribusi sekitar 12% terhadap ekonomi Thailand senilai US$500 miliar. Pada 2019, sebelum pandemi membekukan pariwisata internasional, perjalanan dan pariwisata LGBTQ ke Thailand menghasilkan sekitar US$6,5 miliar, atau 1,2% dari produk domestik bruto, menurut konsultan industri LGBT Capital.
Wittaya Luangsasipong, direktur pelaksana Siam Pride, agen travel ramah LGBTQ di Bangkok mengatakan pengakuan formal dapat meningkatkan reputasi tempat yang sudah dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Asia untuk pengunjung LGBTQ di Bangkok.
“Ini akan menjadi nilai jual bagi Thailand dan meningkatkan kekuatan kami di panggung global,” kata Wittaya. “Ini akan menciptakan suasana yang santai dan aman untuk pariwisata dan membantu menarik lebih banyak pengunjung LGBTQ. Kita juga bisa melihat lebih banyak pernikahan oleh pasangan LGBTQ, yang bisa menghasilkan pendapatan di seluruh industri dan komunitas lokal.”
(bbn)