Pada lelang kemarin, lanjut Deni, incoming bids dari perbankan menurun sebagai antisipasi peningkatan kebutuhan dana tunai oleh masyarakat. Kemudian, walaupun pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve cenderung dovish, tetapi pelaku pasar masih menunggu kapan penurunan suku bunga acuan pada tahun ini.
SUN tenor 5 dan 10 tahun, tambah Deni, masih menjadi daya tarik utama bagi investor dengan jumlah incoming bids dan awarded bids masing-masing sebesar 43,34% dari total incoming bids dan 53,54% dari total awarded bids. Incoming bids terbesar adalah pada SUN tenor 5 tahun yaitu Rp 8,34 triliun (25,87% dari total incoming bids) dan dimenangkan sebesar Rp 7,45 triliun (32,96% dari total awarded bids).
“Jumlah incoming bids dari investor asing pada lelang SUN hari ini mencapai Rp 2,94 triliun. Mayoritas dari incoming bids tersebut pada SUN tenor 5 tahun sebesar Rp 1,93 triliun atau 65,69% dari total incoming bids investor asing dan dimenangkan sebesar Rp 1,91 triliun atau 8,45% dari total awarded bids,” jelas Deni.
Volatilitas pasar keuangan dalam 2 pekan terakhir, menurut Deni, memberikan tekanan kepada tingkat imbal hasil (yield) SBN, sehingga Weighted Average Yield (WAY) obligasi negara pada lelang SUN bergerak naik antara 2-8 basis poin (bps) dibandingkan WAY pada lelang SUN sebelumnya.
“Pemerintah memutuskan untuk memenangkan penawaran sebesar Rp 22,6 triliun pada lelang SUN hari ini dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2024, dan kondisi kas negara terkini,” tegasnya.
(aji)