Pakai Gas, Bikin Nikel Hijau
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Antam Nicholas D Kanter mengatakan salah satu pembahasan dalam FS adalah mengenai penggunaan energi gas sebesar 60 megawatt untuk smelter HPAL.
Nicholas menyebut Antam harus memastikan nilai keekonomian dari proyek tersebut. Dia menggarisbawahi penggunaan gas dilakukan seiring dengan komitmen environmental, social and governance (ESG) perseroan dan adanya tuntutan untuk memproduksi nikel hijau atau ramah lingkungan atau green nickel.
“Kita sadar ESG penting jadi sedang dipikir perubahan untuk energi yang akan dipakai untuk HPAL mungkin 60 megawatt akan pakai gas, tetapi masih harus feasibility study [agar] keekonomiannya proyeknya tidak berkurang. Namun, kita mau green nickel untuk proyek ini karena banyak consumer membutuhkan, ESG menjadi sebuah keharusan,” ujar Niko.
Skema Kerja Sama ANTM-CATL
Perlu diketahui, kerja sama antara Antam dan CATL bertujuan untuk pengembangan ekosistem pembuatan pabrik baterai EV dari hulu ke hilir. Ruang lingkup kerja sama tersebut adalah penambangan bijih nikel, smelter RKEF dan kawasan industri, smelter HPAL, pabrik bahan baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai.
Nantinya, Antam melalui PT Sumberdaya Arindo (SDA) bakal terlibat dalam pertambangan nikel dengan anak usaha CATL yakni HongKong CBL Limited (HKCBL). Struktur dari kerja sama tersebut adalah Antam sebanyak 51% dan HKCBL sebesar 49% melalui skema divestasi anak perusahaan Antam.
Selain itu, Antam melalui PT Feni Haltim (FHT) bakal terlibat dalam pembangunan smelter RKEF dan kawasan industri yang menghasilkan produk nickel pig iron (NPI). Struktur dari kerja sama tersebut adalah Antam sebanyak 40% dan HKCBL sebesar 60% melalui skema divestasi anak perusahaan Antam.
Selanjutnya, perusahaan patungan HPAL JVCo antara Antam dan HKBCL bakal membangun smelter HPAL untuk menghasilkan produk mixed hydroxide precipitate (MHP). Struktur dari kerja sama tersebut adalah Antam 30% dan HKCBL 70% melalui skema pembentukan JVCo.
Sementara itu, Antam bakal terlibat secara tidak langsung melalui PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pembangunan pabrik bahan baku baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai.
IBC merupakan perusahaan patungan badan usaha milik negara (BUMN) Antam, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Pertamina New and Renewable Energy (RNE) dan PT PLN (Persero).
Investasi proyek penghiliran nikel menjadi baterai EV Antam dengan CATL mencapai US$420 atau sekitar Rp6,5 triliun sudah resmi diteken.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan proses tersebut menandakan dimulainya kerja sama proyek hulu dari sisi penambangan nikel, hingga diolah di hilir menjadi produk baterai EV.
"Ini merupakan kemitraan pertama di dunia yang akan tergabung dalam sebuah proyek integrasi baterai EV Indonesia, yang mencakup seluruh rangkaian, mulai dari penambangan dan pemrosesan nikel, pembuatan baterai EV, hingga daur ulang baterai," ujar luhut dalam unggahan di laman instagram resminya, akhir Desember.
(dov/wdh)