Jika support itu pun tertembus, maka rupiah bisa jatuh lebih dalam ke arah Rp 15.880/US$.
Sementara potensi penguatan mata uang Ibu Pertiwi ada di Rp 15.765/US$. Apabila resisten terdekat ini tertembus, maka Rp 15.740/US$ bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun dalam tren jangka menengah (mid-term), rupiah masih memiliki potensi penguatan ke level Rp 15.700/US$.
Suku Bunga Belum Bisa Turun
Pekan ini, akan ada rilis data di AS yang bisa mempengaruhi arah kebijakan moneter bank sentral Federal Reserve. Data itu adalah Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini adalah indikator inflasi yang menjadi preferensi The Fed.
Data PCE akan dirilis Jumat (29/3/2024) malam waktu Indonesia. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan laju PCE secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Februari sebesar 0,4%. Lebih tinggi dibandingkan Januari yang sebesar 0,3%.
Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), laju PCE pada Februari diperkirakan 2,5%. Lagi-lagi lebih tinggi ketimbang Januari yaitu 2,4%.
Data ini menggambarkan bahwa inflasi di Negeri Adikuasa masih ‘bandel’. Butuh waktu untuk menuju target 2% yang dicanangkan The Fed.
Oleh karena itu, prospek penurunan suku bunga menjadi samar-samar. Belum adanya kejelasan kapan Federal Funds Rate bisa turun menjadi angin segar bagi dolar AS.
(aji)