Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menutup perdagangan di zona hijau dengan kenaikan mencapai 27,6 poin atau 0,38% ke posisi 7.377,76 pada penutupan Sesi II. Setelah di Sesi I terjebak di zona merah, dengan sempat mencatat angka terendah mencapai minus 0,44% pada perdagangan Senin (25/3/2024).
Indeks LQ45 terpantau ikut menguat, dengan kenaikan 5,16 poin atau 0,52% ke level 1.001,9. Sementara kurs rupiah terpantau melemah 0,10% ke level Rp15.799/US$ pada pukul 16.30 WIB.
Berdasarkan Bursa Efek Indonesia, data perdagangan menunjukkan total transaksi hari ini mencapai Rp11,38 triliun, dari sebanyak 15,34 miliar saham yang ditransaksikan sepanjang hari. Dengan frekuensi yang terjadi sejumlah 988 ribu kali.

Pergerakan sektoral saham-saham keuangan, saham barang baku, dan saham konsumen primer menjadi pendukung utama kebangkitan IHSG dengan penguatan 1,04%, 0,93% dan 0,50%.
Adapun saham-saham keuangan yang melaju pesat adalah, PT Panin Financial Tbk (PNLF) meroket 16,5% ke posisi Rp296/saham, PT Paninvest Tbk (PNIN) melesat naik 15% ke posisi Rp995/saham. PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) menguat 6% ke posisi Rp53/saham.
Senada, saham barang baku juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) meroket 4,85% ke posisi Rp5.950/saham, PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) melesat naik 4,69% ke posisi Rp268/saham. PT OBM Drilchem Tbk (OBMD) menguat 3,55% ke posisi Rp292/saham.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) naik 325 poin ke posisi Rp9.675/saham, PT Bank Jago Tbk (ARTO) menguat 80 poin ke posisi Rp2.780/saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terapresiasi 200 poin ke posisi Rp7.250/saham.
Saham unggulan LQ45 berikut juga ikut jadi pendukung, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatat kenaikan 25 poin ke posisi Rp970/saham, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menguat 35 poin ke posisi Rp1.520/saham. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melonjak 125 poin ke posisi Rp6.250/saham.
Hari ini, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati memaparkan perkembangan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 Hingga 15 Maret. Sejauh ini, APBN 2024 berhasil membukukan surplus.
"APBN masih berjalan cukup baik dan solid. Terlihat dari seluruh posturnya, pendapatan negara Rp493,2 triliun," kata Bendahara Negara dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (25/3/2024).
Jumlah tersebut, lanjut Sri Mulyani, sama dengan 17,6% dari target.
Sementara, Belanja Negara sudah terealisasi Rp470,3 triliun atau setara dengan 14,1% dari pagu. Tumbuh 18,1% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
"Posisi APBN masih surplus Rp22,8 triliun atau 0,1% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Keseimbangan primer juga surplus Rp132,1 triliun," jelas Sri Mulyani.
Keseimbangan primer yang surplus menandakan utang lama tidak perlu dibayar dengan utang baru, atau tidak ada gali lubang-tutup lubang.
Lebih lanjut, surplus APBN membuat tekanan pembiayaan utang berkurang. Hingga 15 Maret, realisasi pembiayaan utang adalah Rp72 triliun. Turun 60,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pembiayaan utang dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara netto, lanjut Sri Mulyani, adalah Rp70,2 triliun. Turun 58,6%.
Sedangkan penarikan pinjaman netto adalah Rp1,9 triliun. Turun 84,5%.
"Dalam hal ini kita tetap on-track," ujar Sri Mulyani.
Adapun pasar saham Asia bergerak melemah pada perdagangan sore hari. Indeks Nikkei 225 jatuh 1,16%, indeks Shanghai Composite turun 0,71%, indeks Strait Times Singapore melemah 0,62%, indeks Kospi turun 0,40%, dan indeks Hang Seng Hong Kong drop 0,16%. Sementara itu, Dow Jones Index Future merah 0,13%.
Melemahnya indeks regional tertekan pernyataan bernada Hawkish dari Gubernur Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic. Lantaran Bostic memperbaharui pandangannya, saat ini ia memproyeksikan pemangkasan suku bunga acuan The Fed hanya akan terjadi satu kali di tahun ini.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pernyataan ini menjadi yang terbaru setelah dalam kesempatan sebelumnya, ia menyatakan akan menjadi hal yang memadai bagi The Fed turunkan dua kali suku bunga acuan tahun ini di mana yang terdekat akan dilakukan pada Juni.
"Ini adalah keputusan terdekat. Kami harus melihat lagi bagaimana data ekonomi akan bicara beberapa pekan ke depan," tegasnya.
Perubahan proyeksi Bostic itu dilatarbelakangi oleh data inflasi terakhir yang lebih kuat yang akan mempengaruhi inflasi, acuan yang dicermati oleh The Fed, diprediksi akan memperlihatkan kenaikan.
"Ekonomi terus memberikan kejutan dan terus menjadi lebih tangguh dan lebih ‘Berenergi’ daripada yang saya perkirakan atau proyeksikan," terang Bostic. "Dan sebagai konsekuensinya, saya semacam mengkalibrasi ulang ketika saya pikir itu tepat untuk bergerak."
Mengingat bahwa ekonomi berjalan dengan baik, "Itu memberi kita ruang untuk bersabar," katanya. "Dan kita harus bersabar."
(fad)