Rupiah offshore 1 bulan juga terlihat kembali melemah ke Rp15.825/US$ siang ini setelah pasar Eropa buka, melontar sinyal tekanan akan berlanjut sampai pasar Amerika buka nanti malam.
Pasar surat utang hari ini juga terlihat belum tertular sentimen bullish yang sempat menguat di pasar obligasi global akhir pekan lalu menyusul pemahaman investor yang baru saja menyadari kabar baik terlewat dari FOMC Federal Reserve Rabu pekan lalu.
"Ada kejutan terlewat yaitu proyeksi The Fed atas inflasi core PCE Februari yang diperkirakan turun lebih rendah dari 0,3% month-to-month. Hal itu mendorong investor melakukan aksi beli yang massif di pasar AS maupun Eropa," kata tim Macroeconomic and Fixed Income Research Mega Capital Sekuritas.
Namun, sentimen bullish itu kembali kempis di Asia hari ini di mana yield US Treasury, surat utang AS, yang sempat turun tadi pagi, siang ini terpantau bergerak naik di semua tenor terutama tenor 3Y dan 5Y yang naik 1,4 bps, tenor 10Y naik 0,8 bps ke 4,20% dan tenor 2Y naik 1,3 bps menjadi 4,60%.
Pernyataan pejabat The Fed Raphael Bostic yang memperkirakan penurunan Fed fund rate tahun ini ia prediksi hanya satu kali sepertinya mengempiskan optimisme pasar.
Tekanan pasar domestik hari ini dengan rupiah yang makin melemah berlangsung di tengah laporan kinerja APBN 2024 terbaru oleh Kementerian Keuangan pagi tadi.
Penerimaan pajak negara turun akibat pelemahan harga komoditas. Per 15 Maret, setoran pajak tercatat Rp342,88 triliun, setara 17,24% dari target. PPh Badan terkumpul Rp55,91 triliun, turun 10,6% dibandingkan tahun lalu.
"PPh Badan ini yang tadi saya sampaikan, mengalami koreksi yang cukup tajam karena mereka melakukan restitusi akibat penurunan harga komoditas," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri bahkan anjlok hingga 25,9% mengindikasikan pukulan daya beli masyarakat sudah merembet lebih jauh ke penerimaan negara.
Penjualan mobil dan sepeda motor juga mulai membuat pemerintah khawatir. Penjualan mobil turun cukup dalam, mencapai 18,8% dan sepeda motor juga turun 2,9%. Situasi ini, tambah Sri Mulyani, menandakan pembelian barang-barang tahan lama (durable goods) seperti mobil dan motor mengalami tekanan. Meskipun di permukaan keyakinan konsumen masih kuat.
"Ini yang perlu kita jaga dari sisi keseimbangan dan bacaan terhadap consumer confidence," kata Sri Mulyani.
(rui/aji)