Adapun, realisasi penyaluran program pembagian AML atau rice cooker gratis dilaporkan mencapai 342.621 rumah tangga hingga akhir 2023, atau masih 68,5% dari total target penyaluran yang sebanyak 500.000 unit.
Realisasi anggaran sebesar Rp176,06 miliar dari pagu penyediaan AML sebesar Rp322,5 miliar. Dengan demikian, terdapat sisa anggaran sebesar Rp146,44 miliar.
“Sisanya Rp146 miliar menjadi sisa lebih pembiayaan anggaran [silpa],” kata Jisman.
Ditjen Gatrik Kementerian ESDM sebelumnya melaporkan realisasi pembagian AML tersebut didominasi oleh penerima di Jawa dan Bali yang menyumbang 56,3% atau sebanyak 192.890 unit.
"Kenapa Jawa—Bali lebih banyak? Karena ini menyangkut kesiapan listrik, di sini demand-nya besar," ujar Jisman dalam konferensi pers capaian kinerja direktoratnya, pertengahan Januari.
Jisman mengelaborasi 1 unit AML setidaknya dapat menyerap daya listrik mencapai 300—350 watt, yang setidaknya bisa menyerap kesiapan sistem kelistrikan di wilayah Jawa—Bali yang sedang kelebihan pasok.
"Jadi tidak ada kelebihan beban yang membuat sistem kita terganggu, sehingga Jawa—Bali dipilih, harus lebih dari 50%."
Secara total, pembagian AML itu telah tersebar di 36 provinsi, dengan 325 kabupaten/kota, 2.460 kecamatan, dan 12.961 desa/kelurahan.
Selain Jawa—Bali, Sumatra telah disalurkan sebanyak 61.040 (17,82%), Kalimantan 35.307 (10,30%), Sulawesi 36.648 (10,70%), Nusa Tenggara 7.459 (2,18%), Maluku 5.640 (1,65%), Papua 3.637 (1,06%).
(dov/wdh)