Pemulihan Bisnis
Secara umum, Alvin menjelaskan bisnis maskapai penerbangan di Indonesia saat ini belum bisa disebut pulih sepenuhnya dari guncangan saat pandemi 3 tahun lalu. Sebelum pandemi, atau sekitar 2018, penumpang rute penerbangan domestik mencapai sekitar 100 juta per tahun, lalu turun menjadi 86 juta per tahun pada 2019.
Selama pandemi atau rentang 2020—2022, pergerakan penumpang angkutan udara rute domestik sangat merosot dan baru mencapai level 66 juta penumpang pada 2023. Artinya, sampai dengan tahun lalu, realisasi penumpang maskapai belum menyamai prapandemi.
“Jadi, peluang untuk pemulihan [bisnis maskapai penerbangan] itu masih panjang, diperkirakan akhir 2024 atau 2025 baru akan pulih di level seperti 2019,” terang Alvin.
Persaingan Segmen
Dengan latar belakang industri yang demikian, Alvin berpendapat persaingan industri maskapai di Indonesia akan cukup ketat khususnya di segmen low cost carrier (LCC), yang sudah diisi banyak pemain seperti Citilink, Super Air Jet, TransNusa, dan Indonesia AirAsia.
Sebaliknya, untuk maskapai full service hanya diisi oleh pelayanan dari Garuda Indonesia dan Batik Air. Dengan demikian, peluang berkompetisi di maskapai jenis ini dinilai masih terbuka cukup lebar.
“Persaingan cukup ketat, [tetapi] saya kira persaingan ini bukan hanya soal harga, tetapi soal rute dan jadwalnya. Jadi kalau memang jeli mengatur rute dan jadwal, masih ada peluang untuk main di sana,” sebut Alvin.
“Saya belum tahun BBN Airlines akan masuk ke segmen mana, tetapi setahu saya BBN selain mengangkut penumpang juga mengangkut kargo. Jadi, mereka sudah punya strategi bisnis yang —saya yakin — sudah dipersiapkan dengan matang.”
Kementerian Perhubungan sebelumnya menegaskan maskapai baru, BBN Airlines Indonesia, saat ini baru memberikan layanan operasi penuh untuk penerbangan carter, meski telah mengantongi izin terbang lengkap untuk layanan kargo dan penumpang.
“Izin terbang sudah diberikan, tetapi saat ini mereka baru full operasi untuk niaga kargo tidak berjadwal atau carter. Izin terbang sudah diberikan, baik untuk kargo maupun penumpang,” kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati saat dimintai konfirmasi, Jumat (15/3/2024).
Untuk diketahui, BBN Airlines Indonesia merupakan bagian dari Avia Solutions Group yang bermarkas di Dublin, Irlandia. Avia merupakan perusahaan penyedia pesawat, kru, pemeliharaan, dan asuransi atau aircraft, crew, maintenance and insurance (ACMI) terbesar di dunia.
Maskapai tersebut menyatakan baru saja mendapatkan penambahan sertifikat operasi udara (AOC) penerbangan komersial penumpang dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kemenhub.
Chairman BBN Airlines Indonesia Martynas Grigas dalam pernyataan resminya mengatakan izin terbang tersebut menandakan maskapainya sudah layak dan memenuhi standar regulasi untuk membuka layanan penerbangan komersial di Indonesia.
“Layanan penerbangan komersial penumpang [BBN Airlines] akan mulai beroperasi segera pada Maret 2024. Nantinya, BBN Airlines Indonesia akan menghadirkan pengalaman perjalanan udara dengan standar keamanan dan pelayanan tinggi,” ujar Grigas.
Dia menyebut sertifikasi dari Ditjen Hubud tersebut sekaligus menjadi langkah awal BBN Airlines Indonesia untuk memenuhi permintaan penerbangan yang besar, terutama menjelang arus mudik—balik Lebarandan musim liburan di Indonesia.
“Selain permintaan penerbangan domestik yang cukup besar, permintaan penerbangan yang tinggi juga datang dari India dan China. Untuk itu, BBN Airlines Indonesia telah mengatur area operasionalnya yang meliputi Asia & wilayah Oceania, sehingga perusahaan tidak hanya melayani kebutuhan domestik, tetapi juga permintaan dari negara-negara tetangga di wilayah tersebut,” tambah Martynas.
Armada BBN Airlines Indonesia:
- 3 armada Boeing 737-800 untuk melayani permintaan pesawat carter penumpang.
- 3 pesawat kargo dengan armada Boeing 737-800 dan Boeing 737-400 untuk melayani penerbangan domestik maupun internasional.
- Target BBN Airlines: mengoperasikan 40 Pesawat armada pada 2027.
(wdh)