Biro Statistik Nasional China (NBS) mencatat pembangunan pembangkit listrik tenaga air baru pada akhir 2023 memiliki kapasitas 422 juta kilowatt. Naik 18% dibandingkan posisi akhir 2019.
Namun, listrik yang dihasilkan pembangkit tersebut malah turun 1% pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah kekeringan yang melanda China, terparah pada 2022 karena el nino.
Agar listrik tetap menyala, China pun masih mengandalkan batu bara. Pada 2023, pembangkitan listrik dengan batu bara naik 6,1% dibandingkan 2022. Peran batu bara dalam bauran energi (energy mix) masih hampir 60%.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,66. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 58,67. Masih berada di area beli (long) dan ada ruang akumulasi.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang naik lagi. Target resisten terdekat ada di US$ 136/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga naik menuju US$ 143/ton.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 129/ton. Jika tertembus, maka US$ 127/ton bisa menjadi target selanjutnya.
(aji)