Mengutip laporan Badan Geologi pada 2022, potensi sumber daya bijih timah Tanah Air mencapai 7,4 miliar ton atau setara 2,5 juta ton logam timah. Sementara itu, cadangan tertakarnya sebanyak 6,9 miliar ton bijih timah atau setara 2,25 juta ton logam timah.
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah cadangan yang bisa ditambang sebenarnya cukup besar, tetapi mayoritas cadangan tersebut berada dalam konsesi PT Timah.
Mengutip data International Tin Association (ITA), PT Timah merupakan produsen timah olahan ke-5 terbesar di dunia dengan hasil produksi 15.300 ton atau turun 22,7% dari tahun 2022 sebesar 19.800 ton.
Yunnan Tin dari China merupakan produsen terbesar nomor wahid dengan produksi 80.100 ton pada 2023 atau meningkat 3,9% dari 2022 sebesar 77.100 ton.
Adapun, total produksi dari 10 produsen teratas pada 2023 adalah 219.600 ton atau meningkat 0,41% dari 2022 yang sebanyak 218.700 ton. Produksi dari TINS menyumbang 6,97% dari total produksi 10 produsen teratas dunia pada 2023.
Dari sisi permintaan, ITA memperkirakan konsumsi timah olahan per 2022 menurun 3,2% menjadi 376.900 ton dari tahun sebelumnya, imbas kenaikan inflasi yang pesat pascapandemi Covid-19.
Survei tersebut menunjukkan berlanjutnya kontraksi pada permintaan timah dunia sebesar 1,6% pada 2023 menjadi 371.000 ton karena dampak negatif inflasi diimbangi dengan peningkatan teknologi timah pada panel surya, kendaraan listrik, dan digitalisasi.
Berbagai faktor ekonomi makro juga dinilai berdampak negatif terhadap proyeksi permintaan timah, sehingga membalikkan sebagian besar pemulihan permintaan timah dunia sejak 2021.
Cadangan TINS
Pada perkembangan lain, Rizal menjelaskan data sumber daya dan cadangan timah dari PT Timah sebenarnya dapat dipercaya dan sesuai dengan Kode KCMI karena dilakukan estimasi oleh Competent Person Indonesia (CPI).
“Umumnya CPI di komoditas timah dimiliki oleh PT Timah dan beberapa yang independen dan bisa digunakan oleh perusahaan lain,” ujarnya.
Adapun, persyaratan pengesahan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) adalah neraca sumber daya dan cadangan yang telah diverifikasi oleh CPI. Dengan demikian, perusahaan yang tidak memiliki CPI harus menggunakan jasa CPI timah yang independen yang berada di luar PT Timah, tetapi orangnya sangat terbatas.
Pengembangan kompetensi seperti CPI, kata Rizal, tidak diperhatikan oleh perusahaan tambang selama ini, sehingga saat ini terjadi kesulitan jumlah CPI.
Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Patijaya sebelumnya membenarkan bahwa kinerja pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung anjlok pada 2024, salah satu penyebabnya berkaitan dengan kasus korupsi di PT Timah.
Bambang menggarisbawahi kinerja yang anjlok bukan serta-merta terjadi karena adanya proses penegakan hukum, tetapi terjadi karena RKAB yang terhambat.
Hal ini terjadi karena CPI timah terjerat kasus hukum, sehingga valuasi perhitungan pertimahan tidak dapat dilakukan.
“Komoditas timah jumlah badan usaha yang disetujui 12. Namun, saya mendapatkan keluh kesah, ada orang tertentu, nama tertentu mendapatkan proses hukum. Dia adalah CP valuasi perhitungan pertimahan, tetapi dia mendapatkan permasalahan hukum. Masalahnya hampir semuanya pakai orang satu itu, inisial A,” ujar Bambang dalam agenda rapat dengar pendapat Komisi VII dengan Plt Dirjen Minerba ESDM dan Dirjen Ilmate Kemenperin, Selasa (19/3/2024).
Kejaksaan Agung (Kejagung) melalui tim Penyidik pada Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) kembali menetapkan 1 orang tersangka atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah periode 2015—2022. Total, sudah ada 14 orang yang ditetapkan sebagai tersangka.
Tersangka ke-14 tersebut berinisial ALW atau lebih jelasnya adalah Alwin Albar Mantan Direktur Operasional periode 2017, 2018, 2021 dan Direktur Pengembangan Usaha tahun 2019—2020 PT Timah Tbk.
Berikut daftar 10 produsen timah olahan teratas pada 2023 :
- Yunnan Tin (China) : 80.100 ton
- Minsur (Peru) : 31.700 ton
- Yunnan Chengfeng (China) : 21.800 ton
- Malaysia Smelting Corp (Malaysia) : 20.700 ton
- PT Timah (Indonesia) : 15.300 ton
- Guangxi China Tin (China) : 12.000 ton
- EM Vinto (Bolivia) : 10.000 ton
- Jiangxi New Nanshan (China) : 9.500 ton
- Aurubis Beerse (Belgia) : 9.300 ton
- Thaisarco (Thailand) : 9.200 ton
(wdh)