Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah sepertinya akan mengawali perdagangan pada hari pertama pekan ini, Senin (25/3/2024) dengan melanjutkan penurunan nilai, setelah pekan lalu anjlok 1,2%. Penguatan kembali dolar Amerika Serikat (AS) akan semakin menyudutkan nilai rupiah di tengah arus keluar modal asing yang masih belum terhenti sejak beberapa pekan terakhir.
Indeks dolar AS ditutup makin kuat di 104,43 pada Jumat pekan lalu, naik dua hari beruntun. Di pasar offshore menutup pekan lalu rupiah NDF 1 minggu dan 1 bulan, ditutup jatuh cukup tajam, turun lebih dari 100 poin ke Rp15.810-Rp15.823/US$. Ini menjadi sinyal peringatan bahwa rupiah spot hari ini besar kemungkinan akan terperosok lagi menuju kisaran tersebut.
Selain akibat kebangkitan dolar AS, rupiah juga terseret sentimen regional kejatuhan yuan China menyusul langkah bank sentral Tiongkok (PBOC) yang terlihat melonggarkan pengendalian yuan. Dua sentimen itu telah menyeret hampir semua mata uang Asia, bukan hanya rupiah saja. Won Korea bahkan anjlok nilainya sampai lebih dari 1% pekan lalu.
Pada saat yang sama, rupiah juga terbebani tekanan jual di pasar surat berharga negara (SBN) yang semakin besar. Sepekan lalu, selama 18-21 Maret, pemodal asing mencatat net sell sedikitnya Rp6,68 triliun. Asing menjual SUN Rp8,2 triliun dan SRBI sebesar Rp250 miliar, sementara di pasar saham, pemodal asing masih mencatat beli bersih Rp1,77 triliun, menurut data Bank Indonesia.
Dengan demikian, sepanjang tahun ini sampai 21 Maret lalu, asing masih membukukan net sell di SBN hingga Rp24,92 triliun. Sedang di saham dan SRBI, asing masih mencetak posisi net buy masing-masing Rp27,93 triliun dan Rp21,93 triliun.
Tekanan di pasar surat utang terlihat masih dibebani kekhawatiran atas risiko fiskal pemerintahan baru nanti setelah Prabowo Subianto dinyatakan sebagai pemenang pilpres sesuai hasil hitung resmi suara oleh Komisi Pemilihan Umum. Pada saat yang sama, muncul ketidakpastian terkait gugatan sengketa pilpres yang dilayangkan oleh dua kandidat paslon lain yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD ke Mahkamah Konstitusi.
Fund manager asal Inggris, Schroder Indonesia, melihat kebijakan-kebijakan yang diusung oleh Prabowo sejauh ini memang terlihat lebih menguntungkan pasar saham ketimbang surat utang.
Arus beli asing ke saham di bursa domestik akan terus meningkat, sementara penjualan surat utang yang sudah berlangsung masif sejak 14 Februari lalu senilai lebih dari US$1,1 miliar sejauh ini, diprediksi masih akan terus berlanjut. Setidaknya sampai pelaku pasar mendapatkan gambaran akan selebar apa defisit fiskal APBN nanti pada pemerintahan baru.
Namun, sentimen negatif sengketa pilpres diprediksi akan terbatas. "Saya kira hal ini [sengketa pilpres] tidak fundamental, struktural dan tidak akan terlalu berdampak besar pada pasar karena hasilnya sudah cukup jelas. Selain itu, kesenjangan kemenangan presiden terpilih dengan kandidat lain cukup signifikan," kata Irawanti, Chief Investment Officer Schroder Indonesia dalam wawancara bersama Bloomberg TV, Jumat (22/3/2024)
Protes atau unjuk rasa seputar hasil pilpres akan terjadi. Namun, ia tidak menilai akan ada perubahan pada hasil pemilu. Bagi investor ke depan yang kini ditunggu adalah nama-nama yang akan mengisi kabinet di bawah Prabowo.
Pernyataan hawkish
Indeks saham di Wall Street pada akhir pekan lalu mengakhiri reli, ditutup melemah kecuali untuk saham-saham teknologi. S&P 500 dan indeks Dow Jones masing-masing ditutup turun 0,14% dan 0,77%. Sementara indeks Nasdaq masih mencatat return positif 0,16%. Wall Street akhiri reli saham setelah mencetak rekor kenaikan 10% sejak awal tahun sejauh ini.
Sementara imbal hasil surat utang AS, Treasury, justru mencetak reli harga dengan para pemodal global beramai-ramai menyerbu dolar AS, flight to quality, pasca kejatuhan nilai yuan China dan penurunan bunga acuan bank sentral Swiss yang tak terduga.
Imbal hasil Treasury ditutup turun di semua tenor. UST 2Y turun 4,7 bps ke 4,589%. UST-10Y turun 6,9 bps ke 4,198%. Tenor menengah 5Y dan 7Y lebih dalam penurunannya 7,1 bps dan 7,3 bps menutup pekan.
Torehan kinerja pasar keuangan AS itu terjadi sebelum pernyataan bernada hawkish dari Gubernur Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic. Bostic bilang, dia kini memproyeksikan penurunan suku bunga acuan The Fed hanya satu kali tahun ini.
Pernyataan ini menjadi yang terbaru setelah dalam kesempatan sebelumnya, ia menyatakan akan menjadi hal yang memadai bagi The Fed turunkan dua kali suku bunga acuan tahun ini di mana yang terdekat akan dilakukan pada Juni nanti.
"Ini adalah keputusan terdekat. Kami harus melihat lagi bagaimana data ekonomi akan bicara beberapa pekan ke depan," katanya.
Perubahan proyeksi Bostic itu dilatarbelakangi oleh data inflasi terakhir yang lebih kuat yang akan mempengaruhi inflasi PCE, acuan yang dilihat oleh The Fed, diprediksi akan memperlihatkan kenaikan. Data inflasi PCE akan dirilis pada Jumat pekan ini.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah dengan target kontraksi terdekat menuju Rp15.800-Rp15.840/US$. Level support terendah selanjutnya berpotensi tertahan di Rp15.880/US$.
Melihat tren sepekan ke depan, rupiah masih berpotensi membentuk Lower Low, terkonfirmasi break support indikator MA-50 dan MA-100 ke Rp15.850/US$.
Sementara bila hari ini rupiah memberi indikasi penguatan, resistance potensial selanjutnya dapat menuju Rp15.750/S$, sementara kisaran gerak rupiah dalam tren menguat di antara Rp15.710-Rp15.670/US$.

(rui)