Putin, hanya beberapa hari setelah memperkuat cengkeramannya di negara itu setelah terpilih kembali untuk masa jabatan kelima dengan 87% suara, memantau perkembangan dengan cermat pada Jumat, kata Kremlin. Investigator menyebutnya sebagai tindakan teroris. Pihak berwenang membatalkan acara publik dan memperketat keamanan di kota-kota di seluruh negeri.
Pada 7 Maret, Kedutaan Besar AS di Moskow mengeluarkan peringatan publik bahwa "ekstremis memiliki rencana terdekat untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser." Tetapi Putin awal pekan ini menolaknya sebagai "pemerasan yang nyata" dan AS tidak memberikan rincian lebih lanjut secara publik.
Ditanya tentang pemberitahuan itu pada Jumat, John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengalihkan pertanyaan itu ke Departemen Luar Negeri. Dia menambahkan, "Menurut saya itu tidak terkait dengan serangan khusus ini." Kedutaan Besar mengeluarkan pernyataan yang mengatakan terkejut dan menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Rusia.
Menurut Gedung Putih, Presiden Joe Biden telah diberi informasi terbaru tentang peristiwa pada Jumat. Tidak ada indikasi keterlibatan Ukraina, kata Kirby.
Beberapa komentator media pemerintah Rusia berpendapat Kyiv mungkin yang harus disalahkan. Namun Ukraina membantah peran apa pun, menyebutnya sebagai operasi palsu yang dilakukan oleh Kremlin.
"Peringatan Kedutaan Besar AS pada awal Maret menunjukkan kami memiliki intelijen tentang semacam perencanaan," kata Thad Troy, mantan spesialis CIA Rusia yang pernah bertugas di Moskow.
"Saya ragu itu false flag (operasi kambing hitam). Putin aman dan tidak perlu melakukan itu," katanya, menyebutkan bahwa masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang peristiwa tersebut. "Ini lebih mungkin terorisme nyata karena warga sipil Rusia menjadi sasaran dan terbunuh."
Rusia juga pernah menghadapi serangan teroris besar lainnya di masa lalu termasuk penyitaan sebuah sekolah di Beslan di selatan negara itu, yang menyebabkan lebih dari 380 kematian pada tahun 2004. Penyanderaan juga pernah terjadi pada 2002 di teater Nord-Ost di Moskow, di mana 170 orang tewas. Kedua serangan itu dilakukan oleh separatis Chechen.
Sebuah bom bunuh diri oleh ekstremis Islam di kereta bawah tanah St Petersburg menewaskan 16 orang termasuk penyerang pada 2017.
Moskow Terisolasi
Moskow sebagian besar terisolasi dari dampak langsung invasi Putin ke Ukraina selama dua tahun. Baru minggu ini juru bicara Putin secara resmi menyatakan invasi itu sebagai "perang."
"Cara Kremlin yang jelas untuk memutarbalikkan ini adalah bahwa ini ada hubungannya dengan perang di Ukraina," kata Charles Lichfield, wakil direktur GeoEconomics Center Dewan Atlantik di Washington. "Tanggapan langsung bisa berupa lebih banyak serangan drone dan serangan balistik, tetapi serangan ke Ukraina sudah meningkat sebelum serangan teroris terjadi."
Pasukan Moskow dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan serangan rudal terhadap kota-kota dan infrastruktur Ukraina, menewaskan puluhan warga sipil. Serangan terbesar di Kyiv hingga saat ini terjadi minggu ini.
Pada saat yang sama, Ukraina meningkatkan serangan terhadap jantung Rusia dengan pasukannya yang berjuang di medan perang di tengah keterlambatan bantuan vital dari AS dan sekutu lainnya. Drone telah menghantam pabrik dan kilang minyak, sementara penyerang di wilayah perbatasan telah melakukan penggerebekan.
(bbn)