Keterpurukan rupiah terutama karena tekanan jual di pasar surat utang yang masih besar. Tiga hari berturut-turut, asing mencatat net outflows dengan nilai semakin besar selama 19-21 Maret, mencapai US$132,96 juta, menurut data Bloomberg.
Pada perdagangan hari terakhir pekan ini, tingkat imbal hasil SBN rupiah, INDOGB, naik di semua tenor. SUN 10 tahun naik 2 bps ke kisaran 6,64%. Sedangkan tenor 2Y naik semakin tinggi ke 6,39%. INDOGB 30Y juga naik ke 6,92%.
Rupah melemah tidak sendirian. Hampir semua mata uang Asia tertekan kebangkitan dolar AS pasca pelaku pasar mencermati lagi hasil FOMC The Fed pada 20 Maret lalu. Selain itu, kejatuhan yuan hari ini juga semakin memberatkan pamor mata uang kawasan Asia.
Baca juga: Asing akan Terus Jual Obligasi Meski Dampak Sengketa Pilpres Terbatas
Selain faktor global, pelemahan rupiah juga karena masih tingginya ketidakpastian terkait prospek kebijakan fiskal pemerintahan baru nanti pasca Komisi Pemilihan Umum mengumumkan secara resmi Prabowo Subianto sebagai pemenang pilpres 14 Februari.
Pemodal asing mengkhawatirkan, kebijakan-kebijakan populis yang memakan biaya sangat besar seperti program makan siang gratis bisa membawa kondisi kesehatan keuangan negara ke depan menjadi lebih buruk. Defisit fiskal yang diperkirakan membesar pada APBN 2025 akan membebani pamor surat utang RI.
Schroder Indonesia menyatakan, kebijakan-kebijakan yang diusung oleh Prabowo terlihat akan lebih menguntungkan pasar saham ketimbang pasar surat utang. Akan tetapi, hal itu tidak berarti investor harus menjual obligasi dan membeli saham.
"Ya, memang ada risiko penurunan [pasar surat utang] bila pemerintah memutuskan beralih pada defisit fiskal dan kebijakan pro-pertumbuhan. Namun, dari segi valuasi, Indonesia merupakan masih merupakan salah satu negara paling menarik [bagi investor] dibanding emerging market lain karena tingkat imbal hasil riil tinggi," kata Irawanti, Chief Investment Officer Schroder Indonesia dalam wawancara bersama Bloomberg TV, Jumat (22/3/2024).
Namun, saat ini menurutnya akan terlalu dini memperkirakan bahwa pemerintah akan menempuh kebijakan belanja agresif di masa mendatang. Selain itu, Irawanti berpandangan, mungkin ada peningkatan defisit di kisaran kecil dibandingkan level defisit saat ini. "Tata kelola pembelanjaan adalah kuncinya. Jika pemerintah belanja produktif, bisa akuntabel, maka itu akan menjadi kabar yang bagus bagi pasar Indonesia ke depan," kata Irawanti.
Sementara menyusul gugatan yang dilayangkan oleh dua kandidat capres lain yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo ke Mahkamah Konstitusi, terlihat cukup menjadi perhatian pasar meski diperkirakan hanya berefek jangka pendek dan terbatas.
(rui)