Menurut Irawanti, saat ini masih terlalu dini memperkirakan bahwa pemerintah akan menempuh kebijakan belanja agresif di masa mendatang. Selain itu, ia berpandangan, mungkin ada peningkatan defisit di kisaran kecil dibandingkan level defisit saat ini. "Tata kelola pembelanjaan adalah kuncinya. Jika pemerintah belanja produktif, bisa akuntabel, maka itu akan menjadi kabar yang bagus bagi pasar Indonesia ke depan," terangnya.
Akan halnya sengketa pilpres yang kemungkinan berlanjut dengan langkah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar melayangkan secara resmi gugatan kecurangan pemilu ke Mahkamah Konstitusi, dan rencana Ganjar Pranowo-Mahfud MD menempuh hal serupa, di mata pasar hal itu hanya berdampak jangka pendek saja.
"Saya kira hal ini [sengketa pilpres] tidak fundamental, struktural dan tidak akan terlalu berdampak besar pada pasar karena hasilnya sudah cukup jelas. Selain itu, kesenjangan kemenangan presiden terpilih dengan kandidat lain cukup signifikan," kata Irawanti.
Protes atau unjuk rasa seputar hasil pilpres akan terjadi. Namun, ia tidak menilai akan ada perubahan pada hasil pemilu. Bagi investor ke depan yang kini ditunggu adalah nama-nama yang akan mengisi kabinet di bawah Prabowo.
Pemodal asing melepas surat utang sedikitnya sebesar US$1,1 miliar sejak 14 Februari hingga 16-20 hari setelahnya. Pada hari ketika Prabowo diumumkan sebagai pemenang pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum, 20 Maret, pemodal asing di pasar SBN justru banyak menjual surat utang. Data Bloomberg mencatat, net foreign investment di SBN mencapai Rp334,48 miliar SBN pada hari itu.
Keesokan harinya yakni ketika sentimen pasar sebetulnya tengah mencatat euforia pasca FOMC The Fed, investor asing masih melanjutkan penjualan dengan nilai lebih besar, mencapai Rp1,29 triliun. Alhasil, kepemilikan asing di SBN kembali turun ke Rp817,13 triliun per 21 Maret. Pada hari itu, gugatan Anies resmi dilayangkan ke Mahkamah Konstitusi, sementara Ganjar baru menyatakan rencana pengajuan gugatan.
Sementara di pasar saham, investor asing kemarin masih mencatat net buy Rp556,03 miliar. Namun, bila mengitung rata-rata lima hari, MA-5, arus modal asing ke pasar saham turun jadi US$3,17 juta, lebih kecil dibanding pergerakan 20 hari MA-20 yang mencapai US$18 juta.
Tekanan pada pasar surat utang itu akhirnya berdampak ke rupiah yang melemah hari ini mendekati Rp15.800/US$, ketika dolar AS juga kembali bangkit menguat.
(rui)