Selain itu, lanjut Feng, pemerintah China juga menunda proyek-proyek infrastruktur di sejumlah provinsi dengan utang tinggi. Kemudian, penggunaan sumber energi baru-terbarukan yang kian masif juga akan melunturkan pamor batu bara.
“Berbagai lembaga memperkirakan pembangkitan listrik dengan tenaga air (hidro) akan meningkat tahun ini. Tenaga matahari (solar) dan angin juga bisa memenuhi 70% dari pertumbuhan permintaan listrik,” ungkap Feng.
China adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Jadi, permintaan di China tentu akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih menempati area bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,66. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 58,67. Masih berada di zona beli (long) sehingga ada ruang untuk akumulasi.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang bangkit. Target resisten terdekat adalah US$ 133/ton. Jika tertembus, maka US$ 135/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 126/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun ke arah US$ 122/ton.
(aji)