Menurut dia, hal tersebut merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan sentimen hari ini, tepatnya sejak pagi hingga siang ini, cenderung kondusif bagi mata uang negara-negara berkembang, khususnya mata uang di wilayah Asia, termasuk rupiah, yang hari ini mengalami penguatan.
Sebelumnya, Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai kebijakan Federal Reserve akan membuat BI cenderung lebih ragu untuk memangkas suku bunga acuan lebih awal. Menurut dia, dengan adanya sejumlah risiko yang menghantui, BI akan lebih memilih untuk memangkas BI-Rate pada semester II 2024 dengan kisaran penurunan 50 bps menjadi 5,5%.
Josua mengatakan The Fed masih berpotensi untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun ini, sesuai dengan perkiraan triwulanan pada Desember tahun lalu.
Ia menjelaskan, dalam dua bulan terakhir ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed bergeser dari sekitar 100-125 bps menjadi 75-100 bps.
Menurut Josua, hal ini terjadi akibat indikator ekonomi AS, terutama inflasi, masih mencatatkan angka yang solid sehingga mendorong investor untuk memperkirakan The Fed akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
“Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan pertama akan dilakukan pada bulan Juni, bergeser dari perkiraan di awal tahun,” kata Josua kepada Bloomberg Technoz, Kamis (21/3/2024).
(lav)