Senada, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli juga menilai sebanyak 107 RKAB pertambangan nikel, yang direstui Kementerian ESDM hingga Maret, belum cukup untuk mencegah potensi defisit pasok nikel pada 2024.
Rizal mengatakan kebutuhan nikel untuk smelter yang sudah beroperasi di Tanah Air adalah sekitar 200 juta ton, sedangkan total kapasitas produksi dari 107 RKAB nikel yang disetujui hanya 152,61 juta ton untuk periode 2024—2026.
“Jika hanya 152,6 juta ton saja kuota yang disetujui, maka justru sebaliknya, pasar nikel akan defisit karena smelter kekurangan bahan baku bijih nikel. Dapat diperkirakan suplai nikel akan mengalami defisit dan dampaknya harga nikel akan bergerak naik lagi,” ujar Rizal kepada Bloomberg Technoz, Kamis (21/3/2024).
Macquarie Group Ltd juga memperingatkan pasar nikel global dapat secara mengejutkan berbalik mengalami defisit tahun ini, jika pertumbuhan produksi Indonesia terhambat oleh lambatnya persetujuan izin RKAB.
Macquarie pada dasarnya masih berpegang pada estimasi bahwa pasar nikel dunia akan mengalami surplus hampir 40.000 ton tahun ini. Namun, proyeksi itu bisa berbalik arah jika Pemerintah Indonesia lambat dalam memberi persetujuan RKAB pertambangan.
Analis Macquarie, Jim Lennon, memproyeksikan pertumbuhan produksi nikel di Indonesia berisiko turun di bawah 13% pada tahun ini akibat keterlambatan izin RKAB.
“Ini adalah perubahan besar dari perkiraan kami baru-baru ini,” tulis mereka, dikutip Bloomberg.
(wdh)