"Dunia akan mengawasi untuk melihat apakah hasil kuartal ini hanyalah sebuah gejolak sesaat atau awal dari sebuah tren jangka panjang. Pekerjaan kami belum selesai,” ungkap Forrest Li.
Pada kuartal IV-2022, Sea Ltd. berhasil mencetak laba bersih pertama kalinya, sebesar US$ 422,83 juta atau setara Rp 6,5 triliun. Periode yang sama sebelumnya perusahaan mencatatkan rugi US$ 616,28 juta (Rp 9,5 triliun).
Sebagian besar laba yang dicetak Sea berasal dari pemangkasan biaya brutal yang dilakukan perusahaan. Salah satunya pemangkasan biaya pemasaran yang mencapai lebih dari US$ 700 juta. Perusahaan juga melakukan Pemutusan hubungan kerja (PHK)7.000 lebih karyawannya.
Perusahaan juga melakukan penundaan ekspansi global. Perusahaan menutup operasinya di India, beberapa perusahaan Eropa dan Amerika Latin untuk memangkas biaya dan mencapai arus kas yang positif.
"Sebagai sebuah perusahaan, ini adalah pertama kalinya kami mengalami krisis sebesar ini. Mengambil tindakan besar di awal krisis ini - jauh lebih awal daripada kebanyakan industri kami - memang menyakitkan, tetapi telah menempatkan kami pada posisi yang lebih kuat saat ini,” terang Forrest Li.
Informasi saja, Sea Ltd., perusahaan internet terbesar di Asia Tenggara dan sempat menjadi saham dengan kinerja terbaik di dunia, kehilangan valuasi sekitar US$ 160 miliar sejak puncaknya pada Oktober 2021 karena investor mempertanyakan prospek menghasilkan uang.
(bbn)