Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan komitmen investasi baru China di Indonesia, termasuk rencana pembangunan pabrik kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) Build Your Dreams (BYD) di Tanah Air. 

Luhut mengatakan raksasa EV asal China itu akan siap mengoperasikan pabriknya di Indonesia pada awal 2026, dengan rencana tahap awal pembangunan dimulai pada Juli tahun ini.

"BYD sangat antusias dengan investasi ke Indonesia dan targetnya awal 2026, pabrik mereka bisa mulai berproduksi secara komersial di tanah air," tutur Luhut melaui akun Instagram resminya, dikutip Rabu (20/3/2024).

"Jadi kalau ada yang kemarin bilang kita ugal-ugalan, pergi lihat dahulu deh baru ngomong. Atau yang saya kritik kemarin, ya kritik aja pemerintah enggak apa-apa, kita senang kok dikritik, tetapi kritik itu untuk membangun negara ini bukan untuk merusak negara ini," lanjutnya, merujuk pada kalangan yang menyoroti kebijakan pemerintah terkait dengan ambisi hilirisasi nikel berikut pembangunan proyek EV dan baterainya di dalam negeri. 

BYD Seal dipamerkan dalam ajang IIMS 2024 di JIExpo, Jakarta, Kamis (15/2/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Komitmen investasi tersebut, kata Luhut, didapatkan usai kunjungan kerja Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto ke Negeri Panda beberapa waktu lalu.

"Sepulang dari perjalanan dinas di Tiongkok, Seto, deputi saya, bercerita bahwa perjalanan dinasnya kali ini adalah yang paling efisien dibandingkan dengan yang lain. Meski dilakukan saat puasa, tetapi tim yang saya tugaskan ini berhasil mendapatkan 3 komitmen investasi dalam waktu 3 hari saja. Saya merasa ini keberuntungan mereka yang tetap menjalankan puasa meski sedang bekerja," papar Luhut. 

Luhut memaparkan bahwa salah satu oleh-oleh komitmen investasi yang dibawa pulang Seto adalah di bidang industri panel surya terbesar di dunia dengan nilai investasi mencapai  US$3,5 miliar—US$4 miliar.

Lebih lanjut, setelah pertemuan dengan perusahaan panel surya, Seto kembali melakukan pertemuan dengan perusahan tekstil yang terintegrasi secara vertikal. "Seperti Foxconn untuk Apple, maka perusahaan ini adalah Foxconn-nya untuk Nike, Adidas, Puma hingga Uniqlo." 

Penjualan BYD (Sumber: Bloomberg)

Pelipur Lara

Septian Hario Seto sebelumnya tidak menampik investasi BYD di Indonesia menjadi semacam 'pelipur lara' di tengah ketidakpastian investasi Tesla Inc milik Elon Musk. Kedatangan BYD itu pun diharapkan membuat ekosistem pasar EV Indonesia kian kompetitif.

"Belum ada [kepastian dari Tesla]. Kalau saya lihat, sekarang dengan adanya BYD, nanti kompetisinya di dalam negeri jadi lebih menarik, karena di luar negeri kan over harga EV-nya. [Di Indonesia] lebih kompetitif, ada yang Rp400 juta, ada yang Rp500 juta" ujarnya saat ditemui, akhir Februari.

Sementara itu, lanjut Seto, rerata harga mobil EV Tesla dinilai masih terbilang cukup mahal dibandingkan dengan berbagai pasar EV di dalam negeri.

"Nanti kita akan lihat dinamikanya setelah BYD masuk ini akan lebih seru, justru itu kan yang kita mau. Jadi automaker berlomba-lomba memberikan produk EV yang lebih menarik, murah, jarak lebih jauh dan sebagainya."

BYD resmi masuk ke pasar Indonesia melalui peluncuran 3 mobil listrik di Indonesia pada Januari 2024. Ketiga mobil itu yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal, dengan kisaran harga di Rp400 juta—Rp700 jutaan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan nilai investasi mencapai US$ 1,3 miliar atau setara Rp20,3 triliun (asumsi kurs Rp15.634) dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.

BYD memandang Indonesia adalah negara yang aktif dalam mengadopsi tren, termasuk kampanye menurunkan emisi dengan penggunaan kendaraan listrik.

Pemerintah Indonesia turut dianggap sangat responsif untuk mendukung perkembangan tersebut dengan regulasi yang dikeluarkan.

"Kami melihat hal ini sebagai suatu hal yang positif dan dengan inovasi teknologi yang kami miliki," ujar Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao.

(prc/wdh)

No more pages