Tentunya ini akan merusak daya saing dan pendapatan eksportir luar negeri. Bagi wisatawan yang pergi ke luar negeri, penguatan yen akan membuat kunjungan ke Jepang menjadi lebih mahal.
Harga tiket pesawat ke Jepang sendiri sejak sehabis pandemi memang mengalami kenaikan. Menurut data Skyscanner Travel Insight, harga tiket pesawat meningkat 33% dibandingkan tahun 2019.
Jika diperbandingkan harga tiket Jakarta-Jepang tahun 2019 dengan 2023 sangat berbeda jauh untuk kelas ekonomi. Pada 2019, tiket perjalan ke Jepang (PP) bisa didapatkan dengan harga Rp3 juta jika sedang promo. Saat ini, jika dilihat dari Traveloka, harga tiket ke Jepang dimulai dari angka Rp3 juta untuk perjalanan sekali pergi.
Padahal menurut laporan Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, negara sakura itu telah menyambut 25 juta wisatawan pada 2023, jumlah terbesar sejak 2019.
Saat itu, melemahnya yen telah membantu menarik pengunjung pasca-pandemi, dan mendorong perekonomian negara tersebut.
Menurut Badan Pariwisata Jepang, pengeluaran pengunjung mencapai rekor 5,3 triliun yen (Rp571 triliun) pada 2023, naik sekitar 10% dibandingkan dengan penghitungan pada tahun 2019, sebelum pandemi. Sementara pengeluaran per orang meningkat hampir 34% menjadi 212.000 yen (Rp22 juta).
Pengeluaran pengunjung mencapai 1,7 triliun yen (Rp179 trilun) pada kuartal terakhir tahun 2023, meningkat 21% dari kuartal ketiga. Ini merupakan sebuah hasil yang positif bagi perekonomian karena permintaan domestik yang melemah akibat tingginya harga.
"PDB akan kembali ke angka positif di kuartal keempat dengan bantuan dari pariwisata inbound yang kuat. Saya tidak melihat adanya faktor-faktor yang dapat memperlambat pemulihan pariwisata," kata Mari Iwashita, kepala ekonom pasar di Daiwa Securities Co.
"Namun saya tidak yakin apakah belanja domestik akan pulih ke angka yang positif karena masih ada efek inflasi pada konsumen domestik."
Namun, jumlah pengunjung tahunan tetap berada di bawah angka 32 juta yang tercatat pada tahun 2019. Wisatawan mancanegara dari China, kelompok terbesar sebelum pandemi dan pembelanja terbesar, juga tertinggal di belakang angka sebelum COVID-19 yaitu 2,4 juta orang dibandingkan dengan 9,6 juta pengunjung pada tahun 2019. Padahal, Beijing telah mengakhiri larangan kunjungan kelompok wisata ke Jepang.
Menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, pemerintah Jepang telah menetapkan target ambisius untuk tahun 2030 yaitu 60 juta pengunjung, dan target 15 triliun yen untuk pengeluaran mereka.
(spt)