Namun, hingga kini Rosneft tidak kunjung memberi kepastian lantaran adanya sanksi dari negara-negara Barat imbas invasi Negeri Beruang Merah itu terhadap Ukraina sejak awal 2022; yang menyasar pada akses pendanaan, teknologi hingga jasa konstruksi kilang.
Mengutip laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), proyek Kilang Tuban dirancang untuk produksi minyak hingga 300.000 barel/hari dan menelan nilai investasi Rp238,25 triliun, dengan Pertamina selaku penanggung jawab.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sempat mengatakan pemerintah masih kukuh melanjutkan negosiasi dengan Pemerintah Rusia demi mengunci investasi Rosneft di proyek Tuban.
“Rosneft, tahu sendiri, sulit. Namun, saya sudah berbicara dengan Dubes Rusia untuk berkomunikasi dengan Rosneft. Masih bisa enggak? Kalau enggak, kita cari pengganti,” tegasnya, awal November.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pun masih berharap tahun ini akan ada titik terang dari kepastian investasi Rosneft di Kilang Tuban. "Mereka itu bukan yang langsung kena sanksi begitu, ternyata masih bisa [ada harapan untuk] diputuskan," ujarnya.
Proyek GRR Tuban sendiri pada awalnya didirikan sebagai antisipasi Indonesia dalam menghadapi krisis energi – khususnya kemampuan penyediaan bahan bakar minyak (BBM) – seiring dengan kenaikan konsumsi dari tahun ke tahun yang berbanding terbalik dengan produksi kilang di dalam negeri.
Kilang BBM yang ada di Indonesia dioperasikan oleh Pertamina dan hanya sanggup memproduksi 0,65 juta barel per hari, padahal kebutuhan domestik mencapai 1,18 juta barel per hari. Pertamina sendiri memprediksi pada 2030, permintaan BBM domestik menembus 1,65 juta barel per hari.
Dari latar belakang tersebut, pada 7 September 2015, Direktur Pengolahan Pertamina memulai inisiasi rencana pembangunan kilang baru di Tuban Jawa Timur melalui surat kepada Kementerian BUMN.
“Tuban dipilih mempertimbangkan pelbagai faktor baik aspek geografi maupun potensi di bidang ekonomi khususnya di Jawa Timur. Sejak 2016 dibentuklah kemitraan bersama antara Pertamina dengan perusahaan minyak dan gas internasional asal Rusia, Rosneft melalui skema joint venture,” papar PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) dalam situs resminya.
(dov/wdh)