Berbeda cerita dengan di Indonesia, Alvin menyebut, di AS, Boeing sendiri sudah mempertimbangkan untuk mengajak maskapai memberikan opsi bagi penumpang untuk memilih tidak terbang dengan 737 Max.
“Jadi [penumpang] diinformasikan di depan bahwa penerbangan tersebut akan menggunakan Max. Kalau penumpangnya tidak ingin terbang dengan Max, enggak usah beli tiket itu. Jadi ada opsi terbang dengan pesawat yang berbeda,” jelas Alvin.
Untuk di Indonesia, Alvin mengatakan pemberian opsi seperti itu memang belum ada sampai saat ini.
“Ya karena tipe Max hanya beberapa unit saja di Indonesia dan juga Max di Indonesia tidak menggunakan pelat bor yang bermasalah kemarin. Intinya, enggak perlu takut terbang dengan Boeing yang ada di Indonesia.”
Dihubungi terpisah, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) juga menilai krisis yang terjadi pada Boeing, yang berpangkal dari insiden terlepasnya pintu darurat (emergency door) milik Alaska Airlines dengan tipe 737-9 Max, sebenarnya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja maskapai di Indonesia secara umum.
Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengatakan tipe Boeing 737-9 di Indonesia hanya dioperasikan oleh Lion Group, tetapi memiliki tipe pintu yang berbeda dengan milik Alaska Airlines.
Selain itu, kata Bayu, mayoritas maskapai di Indonesia saat ini juga masih mengoperasikan pesawat tipe A320 milik Airbus. Sementara itu, tipe Boeing yang beroperasi adalah tipe 737 Classic atau 737 NG.
“Menurut saya, saat ini kejadian masalah di pesawat Boeing 737-9 max tersebut belum memengaruhi kinerja maskapai-maskapai [nasional secara umum]. Sebab, pesawat Boeing yang beroperasi masih tipe 737 Classic ataupun 737 NG,” ujar Bayu.
Namun, Bayu mengatakan Lion Group menjadi maskapai yang melakukan pemesanan Boeing 737-9 Max tersebut. Ke depannya, grup maskapai tersebut tentu harus hati-hati dengan potensi waktu pengiriman yang tertunda. Pihak Lion belum memberikan respons atas permintaan tanggapan.
Krisis kepercayaan terhadap Boeing Co makin meluas di industri maskapai penerbangan dunia yang membeli pesawat jet dari pabrikan AS itu.
Pekan lalu, maskapai raksasa global —mulai dari United Airlines Holdings Inc hingga Southwest Airlines Co, Delta Air Lines Inc, dan Alaska Air Group Inc — berkumpul dan berbagi cerita serupa tentang bagaimana masalah Boeing memengaruhi bisnis mereka.
Mereka mengeluhkan risiko kekurangan pesawat yang seharusnya diagendakan untuk diterima pada 2024, gegara Boeing memperlambat produksinya. Kerawanan itu pun diproyeksi tidak hanya akan terjadi pada pada tahun ini saja.
(wdh)