Logo Bloomberg Technoz

Saat ini, sentimen yang sedang melingkupi harga emas adalah rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang hasilnya akan diumumkan Kamis (21/3/2024) dini hari waktu Indonesia. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan mengumumkan suku bunga acuan Federal Funds Rate.

Mengutip CME FedWatch, peluang suku bunga acuan Negeri Adidaya ditahan di 5,25-5% mencapai 100%. Pasar tidak melihat peluang lain kecuali hold.

Sumber: CME FedWatch

Perkembangan ini membuat dolar AS di atas angin. Kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,16% ke 103,594.

Pagi ini, Dollar Index masih melanjutkan tren penguatan. Pada pukul 07:09 WIB, indeks ini bertambah 0,28% ke 103,888, tertinggi sejak 28 Februari.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

“Emas mulai jenuh setelah kenaikan dalam 1-2 pekan terakhir dan sekarang sedang ‘rehat’. Kami tidak memperkirakan akan ada reli dalam waktu dekat. Namun pada saat yang sama, kami juga tidak memperkirakan akan ada aksi jual massal (sell-off) karena emas masih kuat dan bullish,” tegas Ryan McKay, Commodity Strategist di TD Securities, seperti diwartakan Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bullish. Tercermin  dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 67,17. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI berada di angka 0. Sudah paling minimal, yang berarti sudah sangat jenuh jual (oversold).

Dengan begitu, ruang kenaikan harga emas menjadi terbuka. Target resisten terdekat ada di US$ 2.161/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.164/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Adapun target support terdekat adalah US$ 2.149/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun menuju US$ 2.144/troy ons.

(aji)

No more pages