Sri Mulyani menjelaskan surplus APBN pada pertengahan Maret 2024 ini berasal dari pendapatan negara sebesar Rp493,2 triliun. Realisasi ini mencapai 17,6% dari target APBN 2024 dan kenaikan Rp93 triliun dari realisasi akhir bulan lalu.
“Namun kalau dibandingkan tahun lalu ini mengalami kontraksi 5,4% dan telah mencapai 17,6% dari target tahun ini," sebutnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pendapatan negara hingga 15 Maret mencapai Rp493,2 triliun atau turun 5,4% secara year on year (yoy).
Dengan rincian, Rp399,4 triliun dari penerimaan perpajakan yang terdiri dari, Rp342,9 pajak dan Rp56,5 triliun dari kepabeanan dan cukai. Serta Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp93,5 triliun dan hibah Rp200 miliar.
Adapun, realisasi belanja negara hingga 15 Maret 2024 sebesar Rp470,3 triliun atau mencapai 14,1% dari pagu yang telah ditetapkan.
Sri Mulyani menjelaskan, realisasi belanja tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat yang realisasinya tercatat Rp328,9 atau 13,3% dari target. Dalam hal ini, realisasi belanja pemerintah pusat tumbuh 17% dibandingkan peridoe yang sama tahun lalu.
Lebih lanjut, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) realiasinya tercatat Rp165,4 triliun atau mencapai 15,2% dari target, dan tumbuh 24,5% dari periode sama tahun lalu.
“Kenaikan yang cukup tinggi karena Pemilu pada bulan Februari jadi banyak belanja pelaksanaan pemilu,” tuturnya.
Selanjutnya, belanja non-K/L hingga 15 Maret mencapai Rp163,4 triliun atau 11,9% dari target, yang tumbuh 10,4% dari periode sama tahun lalu.
Belanja negara yang disalurkan untuk transfer ke daerah tercatat tercatat sebesar Rp14,14 triliun atau 16,5% dari pagu. Dalam hal ini, realisasinya tumbuh 20,5% dibandingkan realisasi dari periode yang sama tahun lalu.
(azr/lav)