Secara tahunan, market share Astra tercatat meningkat menjadi 56,5%, dari 2 bulan pertama tahun 2023 yang hanya 53,7% dengan pencapaian penjualan retail sebanyak 46.800 ribu unit sepanjang 2 bulan pertama di tahun 2024.
Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey menilai, penurunan penjualan ini didasari oleh masih lemahnya daya beli masyarakat Indonesia apalagi menjelang Ramadan yang notabene kebanyakan masyarakat Indonesia mempersiapkan berbagai kebutuhan pokoknya serta pasar dalam negeri yang masih cenderung melemah lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum meningkat.
Di sisi lain, penjualan LCGC secara bulanan maupun sepanjang Februari 2024 mencatatkan koreksi, hasil ini lebih rendah dari perolehan bulan lalu yang menandakan penurunan daya beli masyarakat serta adanya Election Effect cenderung membuat masyarakat Wait and See sembari menunggu kepastian politik.
Andhika mengestimasikan secara gradually penjualan mobil pada Maret hingga April 2024 akan membaik seiring efek dari transaksi IIMS 2024 yang lalu serta High Seasonality jelang lebaran.
“Berbicara terkait kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) kami melihat belum menjadi ancaman bagi ASII yang struktural dikarenakan masih minimnya fasilitas pendukung hingga minat masyarakat kepada kendaraan jenis EV,” mengutip riset Andhika dalam paparannya, Selasa (19/3/2024).
Sejalan proyeksi tersebut, Panin Sekuritas merekomendasikan tahan (hold) saham Astra International (ASII) sebagai saham pilihan.
Dalam risetnya, Andhika menetapkan target harga saham ASII yang 'minimalis' di Rp5.600/saham. Hal ini imbas dari sentimen segmen otomotif yang diproyeksikan masih tertekan di dalam negeri.
Kemudian, tekanan juga datang dari kebijakan Pemerintah yang demi menaikkan penjualan EV, Pemerintah melanjutkan Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN–DTP) 1% dengan syarat memenuhi minimal TKDN.
Serta potensi pemangkasan suku bunga acuan yang masih diestimasikan masih jauh dari kata ‘Dekat’ membuat suku bunga masih relatif tinggi, di mana 80% pembelian mobil di Indonesia dengan kredit.
Senada dengan pandangan tersebut, Analis RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya menyebut, ia juga tetap mempertahankan pandangan yang konservatif terhadap volume penjualan mobil (4W) nasional di sepanjang tahun 2024.
“Kami memperkirakan pangsa pasar penjualan mobil Astra International (ASII) akan mengalami kontraksi, meskipun akan dibantu oleh harga rata-rata penjualan (Average Selling Price/ASP) yang lebih tinggi dari pangsa pasar yang lebih baik untuk model-model menengah–tinggi,” tulis riset tersebut.
Atas berbagai dasar tersebut, RHB Sekuritas memangkas target harga saham ASII yang dari yang sebelumnya mencapai Rp7.100/saham, menjadi Rp6.100/saham. Hal ini setara dengan potensi kenaikan 18% dari level harga saat ini.
Namun demikian, Andrey memandang positif terhadap strategi otomotif Astra yang bermitra dengan Toyota Jepang untuk memanfaatkan kendaraan Hybrid sebelum beralih ke kendaraan listrik penuh. Dalam dua tahun ke depan, ASII bertujuan untuk memperkenalkan dua mobil model Hybrid yang terjangkau untuk pasar Indonesia, dan kendaraan listrik Hybrid Plug-in.
“Risiko, penjualan otomotif (ASII) yang lebih rendah dari yang diharapkan, harga komoditas yang lebih rendah dari yang diproyeksikan, dan perubahan tidak menguntungkan dalam regulasi Pemerintah,” terang Andrey.
Meski demikian, sebanyak 23 analis masih merekomendasikan Buy saham ASII berdasarkan konsensus Bloomberg. Sementara ada 7 analis rekomendasikan Hold, dan 4 lainnya rekomendasikan Sell.
Konsensus menghasilkan target harga potensial Rp6.213,57/saham untuk 12 bulan ke depan.
Terbaru, Arief Budiman, Analis Ciptadana Sekuritas memberikan rekomendasi Buy pada saham ASII dengan target harga Rp6.500/saham. Lebih optimis, Ferry Wong, Analis Citi memberikan rekomendasi Buy dengan target harga dapat mencapai Rp7.500/saham.
Jelang penutupan perdagangan Selasa (19/3/2024) saham ASII bergerak menguat ke level Rp5.250/saham. Volume perdagangan mencapai 26,74 juta saham dengan nilai transaksi mencapai Rp139,49 miliar dan frekuensi sebanyak 4.759 kali. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp212,54 triliun.
(fad/aji)