Dua, ekonomi masih tumbuh bagus. "Dan terutama kalau rupiah continue stable bahkan cenderung menguat," katanya.
Faktor utama yang mempengaruhi dinamika nilai tukar rupiah, tambah Perry, adalah sentimen eksternal yaitu arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Saat sudah ada kejelasan kapan The Fed menurunkan suku bunga acuan, maka dolar AS tidak akan menguat signifikan.
"Begitu ada kepastian Fed Funds Rate, dolar tidak akan terus-terusan kuat," ujarnya.
The Fed, demikian Perry, diperkirakan baru menurunkan suku bunga acuan pada paruh kedua tahun ini. Penurunannya diperkirakan 75 basis poin (bps).
"Tempo hari, bulan lalu, kami jelaskan terjadi koreksi ekspektasi di pasar. Pada November-Desember, diperkirakan Fed Funds rate bisa turun lebih cepat dan lebih banyak. Namun bulan lalu terjadi koreksi, dan dengan data terbaru mengkonfirmasi perkiraan kami bahwa Fed Funds Rate baru turun semester II, 75 bps," terang Perry.
Jepang Naikkan Bunga
RDG BI bulan ini datang sehari setelah Bank Sentral Jepang (BoJ) mengumumkan suku bunga acuan. Untuk kali pertama sejak 2007, BoJ akhirnya menaikkan suku bunga acuan, mengangkatnya dari teritori negatif.
Kini, suku bunga acuan di Negeri Matahari Terbit ada di kisaran 0-0,1%. Awalnya, suku bunga acuan berada di -0,1%.
BoJ memang tidak memberikan petunjuk mengenai arah suku bunga kebijakan ke deoan. Namun, pelaku pasar memperkirakan ada kemungkinan bakal ada kenaikan lanjutan.
“BoJ tidak menyebut apapun tentang arah suku bunga karena akan tergantung dari data yang ada. Namun saya rasa kita harus bersiap terhadap kemungkinan bahwa laju kenaikan suku bunga acuan akan lebih cepat dari perkiraan karena pertumbuhan upah sudah setinggi ini, yang akan mendukung peningkatan konsumsi dan inflasi,” jelas Yuichi Kodama dari Meiji Yasuda Research Institute, seperti diberitakan Bloomberg News.
Rengo, serikat buruh terbesar di Jepang, mengungkapkan bahwa pembicaraan dengan pemerintah menghasilkan kenaikan upah 5,28% untuk tahun fiskal mendatang. Ini menjadi kenaikan terbesar sejak 1991.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menilai langkah BoJ menaikkan suku bunga acuan tidak perlu dibesar-besarkan. Menurutnya, pasar Jepang biasanya tidak bergerak terburu-buru, melainkan penuh perhitungan.
“BoJ menaikkan suku bunga bulan ini, tetapi tetap mempertahankan kebijakan longgar dengan pembelian surat-surat berharga,” sebut Satria dalam risetnya.
(aji)