Minggu penting akan menampilkan aglomerasi keputusan terbesar di dunia untuk 2024 hingga saat ini, termasuk penilaian biaya pinjaman untuk enam dari 10 mata uang yang paling banyak diperdagangkan.
"Ini adalah minggu yang penuh dengan pertemuan Bank Sentral," kata Win Thin dan Elias Haddad di Brown Brothers Harriman.
"Pasti akan ada beberapa kejutan dan ketenangan hari ini kemungkinan besar akan memberi jalan bagi volatilitas yang lebih besar di masa depan,” tambahnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para ekonom Goldman Sachs Group Inc. yang dipimpin oleh Jan Hatzius mengubah perkiraan mereka menjadi tiga kali pemangkasan suku bunga acuan tahun ini–bukan empat kali. Perubahan tersebut, membuat perkiraan yang sejalan dengan perkiraan median para pembuat kebijakan yang dibuat pada Desember, imbas jalur inflasi yang sedikit lebih tinggi kata mereka.
"Setelah data inflasi yang sangat tinggi minggu lalu, semua orang akan bertanya-tanya apakah The Fed memikirkan kembali pemangkasan di bulan Juni," kata Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley.
"Pasar harus menyukai apa yang dilihatnya dalam pernyataan The Fed pada Rabu, dan mendapatkan konfirmasi dari Jerome Powell bahwa angka inflasi yang tinggi selama dua bulan tidak akan menggagalkan rencana permainan The Fed,” tegasnya.
Para investor akan sangat fokus pada proyeksi Bank Sentral AS, Dot Plot, untuk mengukur seberapa banyak pemangkasan suku bunga yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan tahun ini.
Menurut Krishna Guha di Evercore, The Fed akan mempertegas nada bicaranya menyusul laporan inflasi yang lebih panas–namun akan terus menunjuk pada kasus dasar yang ramah pasar, yaitu tiga kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini yang dimulai pada Juni.
"Kami rasa dia akan mengatakan bahwa Komite akan bersabar dan mengambil waktu selama yang dibutuhkan untuk mengumpulkan kepercayaan diri yang cukup, menggarisbawahi bahwa Juni tidak dijamin dan The Fed akan menunda hingga Juli atau September jika perlu, kata Guha.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Minggu penting saat ini adalah minggu yang sibuk bagi pembuat kebijakan karena Bank Sentral di Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Inggris, Swiss, Norwegia, Australia, Taiwan, Turki, Brasil, dan Meksiko dijadwalkan melakukan pertemuan kebijakan.
“Yang menjadi ajang utama tentunya adalah keputusan the Fed yang disertai juga dengan proyeksi ekonomi dan Dot Plot (Proyeksi pergerakan suku bunga) terkini. Keputusan The Fed akan membayangi keputusan Bank Sentral lainnya dan berpotensi memicu aksi jual di komoditas emas, dan mata uang EUR,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Lanjut riset tersebut, investor menimbang apakah data ekonomi belakangan ini terlalu kuat bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter. Minggu lalu data inflasi AS (CPI dan PPI) AS keluar lebih tinggi dari ekspektasi sehingga menjaga tekanan atas The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Dari dalam negeri, sejumlah analis pasar, termasuk Ekonom Bahana Sekuritas memperkirakan Bank Indonesia akan kembali mempertahankan kebijakan suku bunga acuan di level 6% pada bulan ini.
Bank Sentral Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur BI pada 19–20 Maret 2024, untuk menentukan berbagai kebijakan moneter, termasuk suku bunga acuan.
"Rupiah masih rentan terhadap depresiasi lebih lanjut pada Semester I-2024. Kami memperkirakan Bank Sentral akan mempertahankan sikap suku bunganya saat ini," terang Ekonom Bahana Sekuritas Drewya Cinantyan dalam laporan hasil riset yang dirilis, mengutip Selasa (19/3/2024).
Drewya mengaku terus mengantisipasi defisit transaksi berjalan yang semakin besar pada 2024, terutama mengingat terjadi perlambatan ekonomi global.
"Khususnya pada Kuartal II-2024, dengan semakin banyaknya hari libur yang menyebabkan berkurangnya hari kerja, kami memperkirakan neraca perdagangan akan tetap lemah," kata Drewya.
Kondisi defisit transaksi berjalan yang semakin melebar, menurut dia, menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah. Dengan demikian, BI berpotensi mempertahankan level suku bunga acuan demi menjaga nilai tukar rupiah.
Dari regional, pasar juga bersiap untuk keputusan suku bunga yang berpotensi menjadi sejarah di Jepang yang diperkirakan akan mengakhiri rezim suku bunga negatif terakhir di dunia.
Sekitar 90% pengamat Bank of Japan melihat peluang pihak berpengaruh akan mengakhiri suku bunga negatif pada Selasa di pertemuan penting ini, dengan kenaikan suku bunga pertama dalam 17 tahun. Yen berfluktuasi setelah sebuah laporan berita bahwa BOJ juga siap untuk mengakhiri kebijakannya dalam memandu imbal hasil obligasi pemerintah yang dikenal sebagai kontrol kurva imbal hasil.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,35% ke posisi 7.302 dan masih didominasi oleh volume penjualan.
“Pada label hitam, posisi IHSG saat ini sedang berada pada wave iii dari wave (iii) sehingga IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji 7.500-7.617. Pada label merah, IHSG sudah menyelesaikan wave (b) dan diperkirakan saat ini sedang membentuk wave (c) dari wave [iv] ke rentang area 7.219-7.238,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (19/3/2024).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ASSA, BBCA, ELSA, dan SIDO.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan menguji support baru di kisaran 7.275 di Selasa (19/3) pasca break low level support dinamis di MA-20 (18/3). Indikasi koreksi atau pullback lanjutan diperkuat oleh pelebaran negative slope pada MACD.
“Pergerakan IHSG dibayangi rilis data ekonomi gobal dan regional pada Selasa (19/3),” tulisnya.
Selanjutnya, petunjuk arah kebijakan moneter The Fed di akhir pekan ini juga akan turut berpengaruh pada capital flow. Akan tetapi, berlawanan dengan BoJ, The Fed justru diyakini akan menyampaikan petunjuk yang lebih jelas mengenai time frame pemangkasan suku bunga acuan.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham INKP, UNVR, MYOR, ERAA, EXCL dan BFIN.
(fad)