Perlahan tetapi pasti, batu bara akan mulai ditinggalkan seiring makin tingginya kesadaran akan pelestarian lingkungan. Di China, produksi batu bara diperkirakan terus melambat.
Mengutip Bloomberg News, produksi batu bara China selalu tumbuh positif dalam 7 tahun terakhir, termasuk lonjakan 10% pada 2022. Namun, sepertinya produksi sudah memuncak tahun lalu di 4,7 miliar ton.
Oleh karena itu, Guosheng Securities memperkirakan produksi batu bara China tahun ini hanya akan tumbuh 1,4%. Jika terwujud, maka akan menjadi yang terendah sejak 2017.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 51,32. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Akan tetapi, RSI itu tipis saja di atas 50. Artinya, sebenarnya batu bara sudah cenderung netral.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 79,84. Sudah hampir menyentuh 80, yang berarti sudah nyaris masuk area jenuh beli (overbought).
Meski demikian, sepertinya masih ada ruang akumulasi di batu bara walau makin terbatas. Ini bisa membuat harga naik, meski tidak terlampau signifikan.
Target resisten terdekat ada di US$ 132/ton. Jika tertembus, maka US$ 135/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 128/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun ke arah US$ 123/ton.
(aji)