Aliansi ini juga mendesak bandara-bandara untuk mengembangkan rencana hidrogen.
Meskipun Inggris telah membuat terobosan dalam teknologi bertenaga hidrogen, “kemajuan ini tidak akan berarti jika kita tidak melengkapi mereka dengan keterampilan, infrastruktur, investasi, dan peraturan yang tepat yang diperlukan untuk mendukung penerbangan hidrogen,” kata Chief Executive Officer EasyJet Johan Lundgren dalam sebuah pernyataan.
Lundgren merupakan ketua pertama aliansi tersebut.
Jaringan lengkap bandara dengan fasilitas hidrogen harus siap antara tahun 2031 dan 2050, kata aliansi tersebut. GKN Aerospace, Ørsted dan perusahaan startup ZeroAvia adalah beberapa anggota aliansi lainnya.
Airbus sedang mengembangkan turboprop bertenaga hidrogen yang dapat mengangkut sekitar 100 orang. Pengembagnan teknologi berpotensi menggunakan motor listrik bertenaga sel bahan bakar hidrogen.
Airbus berharap teknologi mesin ini akan selesai pada tahun 2025 atau 2026, dengan peluncuran program resmi sekitar tahun 2027 atau 2028, demikian ungkap Chief Executive Officer Guillaume Faury bulan Februari.
Aliansi - yang dibentuk pada musim panas lalu — mengatakan bahwa rekomendasi jangka menengah antara tahun 2027 dan 2030, termasuk menerapkan peraturan, standar serta dana transisi hidrogen untuk bandara dan maskapai penerbangan.
Pemerintah juga harus menawarkan insentif kepada maskapai penerbangan untuk mengoperasikan pesawat bertenaga hidrogen, kata Faury.
“Salah satu tantangan dari para investor adalah bahwa ini bukanlah keuntungan jangka pendek,” kata Lundgren kepada para wartawan pada hari Senin.
“Investasi perlu dilihat dalam jangka waktu yang lebih panjang.”
- Dengan asistensi Kate Duffy.
(wep)