Pertama, yakni divestasi saham Bank BSI melalui dua bank pemegang saham utamanya yakni PT PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau Bank BRI (BBRI) sebesar 15% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk atau Bank BNI (BBNI) sebesar 5%.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, rencana tersebutpun ditargetkan rampung sebelum Oktober tahun ini.
“Bisa lewat strategic investor, bisa juga ke publik,” ujar Arya saat berbincang dengan media, akhir Februari lalu.
Kendati demikian, dia enggan menyebutkan calon-calon investor strategis yang tertarik untuk mengakuisisi BSI dalam divestasi tersebut.
Yang jelas, kata Arya, langkah tersebut diharapkan dapat menambah saham ke publik dapat meningkatkan kapitalisasi pasar bank hasil merger anak-anak usaha bank BUMN tersebut.
Saat ini, BBRI memiliki 7,09 miliar saham BSI atau setara 15,38%. BBNI memiliki 10,72 miliar (23,24%), sedangkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi pemegang saham terbesar, 23,74 miliar (51,47%).
Direktur Utama BSI Hery Gunardi sebelumnya mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum ada keputusan mengenai siapa investor yang akan mengisi 20% saham dari divestasi tersebut.
Namun, dirinya berharap investor tersebut berasal dari Arab Saudi agar BSI bisa memperluas ekspansinya ke negara tersebut.
"Itu akan memudahkan BSI untuk membuka cabangnya di Mekkah, Madinah, atau Riyadh. Ini akan memberikan value added [nilai tambah] bagi BSI untuk mengurusi 1 juta jemaah haji setiap tahunnya atau 200.000 masyarakat Indonesia yang beribadah umroh," ujarnya belum lama ini.
(ibn/dhf)