Rupiah masih terbebani tekanan di pasar surat utang di mana pada Jumat pekan lalu terjadi aksi jual yang mendorong Bank Indonesia masuk ke pasar memborong surat berharga negara (SBN) untuk menahan kejatuhan harga.
SBN rupiah (INDOGB) terutama tenor pendek menjadi yang paling tinggi kenaikan imbal hasilnya. Imbal hasil INDOGB 2Y melonjak 3,6 bps ke 6,30% pada Jumat dan membawanya sebagai seri SBN dengan lonjakan yield terbesar sebulan terakhir, mencapai 15,1 bps, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.
Sedangkan INDOGB 1Y naik 1,8 bps ke 6,41% dan sebulan terakhir imbal hasilnya naik 9,6 bps. Begitu juga tenor 3Y yang naik 2,7 bps menjadi 6,39%, sehingga sebulan terakhir imbal hasilnya naik 4,8 bps. Adapun tenor acuan INDOGB 10Y hanya naik tipis 1 bps ke level 6,63% atau naik 1,6 bps sebulan terakhir.
BI memborong surat utang agar tekanan terhadap nilai tukar bisa diimbangi. Para investor domestik juga terlihat memborong surat utang seiring jatuh tempo surat utang seri FR70 pada Jumat kemarin. Nilai jatuh tempo SBN tersebut mencapai Rp122,4 triliun, menurut data Bloomberg.
Rupiah kini berada di target pelemahan awal di Rp15.640-Rp15.670/US$. Trendline channel yang sempat tertembus dan menjadi support terkuat rupiah kini menjadi level resistance terdekat pada Rp15.580/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan yang tinggi, ada trendline garis putih pada level Rp15.700 akan jadi support terakhir. Sementara resistance selanjutnya ada pada Rp15.550-Rp15.510/US$.
(rui)