Sementara itu, pelaku pasar obligasi tampaknya telah menyerah pada kenyataan yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga yang tetap untuk pertemuan kelima berturut-turut, dan terus memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga perempat poin pada 2024, bahkan ketika inflasi terbukti terpeleset dari perkiraan dalam dua bulan ini.
Sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News memperkirakan, para pembuat kebijakan akan memperkirakan tiga kali pemotongan pada 2024, dengan langkah pertama dilakukan pada Juni, sejalan dengan perkiraan pasar saat ini, meskipun lebih dari sepertiganya memperkirakan akan ada kejutan hawkish berupa penurunan yang lebih sedikit.
‘Higher for Longer’ suku bunga acuan global akan membatasi ruang bagi Bank Indonesia dalam memulai pelonggaran moneter meskipun sinyal perlambatan ekonomi sudah kentara, dari daya beli yang lemah juga inflasi pangan yang masih menanjak.
Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur untuk edisi bulan ini yang dijadwalkan pada 19–20 Maret ini.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, dengan memperhatikan sejumlah data ekonomi AS yang belakangan ini memberi bukti bahwa tingkat inflasi masih cukup tinggi, maka pelaku pasar menurunkan peluang penurunan suku bunga paling tidak sebesar 25 bps di bulan Juni menjadi 62,9% dari sebelumnya 81,7% satu minggu lalu.
“Federal Reserve dijadwalkan melakukan pertemuan kebijakan tanggal 19—20 Maret. Meskipun suku bunga acuan diprediksi tidak akan berubah, pernyataan para pejabat tinggi Federal Reserve pasca pertemuan tersebut akan mencuri perhatian pasar karena biasanya mengandung ide dan cara berpikir pihak internal Federal Reserve,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dot Plot atau proyeksi pergerakan suku bunga acuan hingga penghujung tahun 2024 juga akan mendapat perhatian, dengan pelaku pasar mengharapkan tiga kali penurunan, sejalan dengan rencana terkini Federal Reserve.
(fad)