Logo Bloomberg Technoz

Inflasi Negeri Adidaya yang masih ‘bandel’ membuat pasar cemas suku bunga acuan belum bisa turun dalam waktu dekat. Pada Februari, inflasi tingkat produsen di Negeri Adikuasa berada di 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan Januari yang sebesar 0,3% mtm.

“Jika inflasi naik lagi, maka kebijakan moneter akan bertahan di level ketat,” kata Everett Millman, Chief Market Analyst di Gainesville Coins, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Ini membuat dolar AS berada di atas angin. Prospek penurunan suku bunga yang masih samar-samar membuat dolar AS digdaya di Asia, termasuk di hadapan rupiah.

Analisis Teknikal

Bagaimana prospek rupiah untuk minggu depan? Apakah ada peluang untuk bangkit dan menguat?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), rupiah sejatinya masih berada di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 55,19. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Namun perlu dicermati bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 96,23. Sudah cukup jauh di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).

Oleh karena itu, sepertinya rupiah akan bergerak melemah. Target support terdekat ada di Rp 15.626/US$. Jika tertembus, maka Rp 15.639/US$ bisa menjadi target berikutnya.

Sedangkan target resisten terdekat adalah Rp 15.585/US$. Penembusan di titik ini bisa membawa rupiah menguat ke arah Rp 15.316/US$.

(aji)

No more pages