“Musim kemarau tahun ini tidak separah tahun lalu. Kebakaran hutan dan lahan pun tidak akan sebanyak tahun lalu. Namun kami tetap mengantisipasi risiko kebakaran hutan, khususnya di provinsi yang memiliki lahan gambut,” kata Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, kemarin.
BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan datang pada Mei-Juni dan memuncak pada Juli-Agustus. Mulai September, iklim akan mulai dipengaruhi oleh fenomena La Nina (basah) meski cenderung lemah.
Analisis Teknikal
Bagaimana prospek harga CPO pekan depan? Apakah koreksi akan kembali terjadi?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO masih menghuni zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 65,06. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 100. Sudah maksimal, sudah sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, sepertinya harga CPO masih akan berada di tahap konsolidasi. Target support terdekat adalah MYR 4.003/ton. Jika tertembus, maka MYR 3.948/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah MYR 4.289/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO melesat ke arah MYR 4.413/ton.
(aji)