Sekadar catatan, SSF merupakan produk derivatif keuangan yang memungkinkan dua pihak untuk membeli atau menjual suatu saham dengan harga yang disepakati dan dalam jangka waktu tertentu.
Atas dasar hal tersebut, pergerakan nilai produk ini tergantung pada nilai aset yang mendasarinya atau underlying, dalam hal ini adalah saham.
Dalam kaitan itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, SSF ini berpeluang membuat investor mendapat keuntungan meski saham sedang posisi bullish maupun bearish.
"Ini juga memberikan kesempatan kepada para investor untuk bisa menerapkan strategi yang baru untuk bertransaksi saham-saham yang ada di LQ45 dengan inisial modal yang jauh lebih ringan dengan serendah-rendahnya 4%," ujar Jeffrey.
Dalam tahap awal nanti, kata Jeffrey, BEI berencana akan meluncurkan setidaknya 15 seri SSF yang berasal dari underlying 5 saham yang berada di LQ45.
Kelima saham itu yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra Internasional Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold (MDKA), dengan masing-masing ada 3 periode kontrak, yakni; 1 bulan; 2 bulan; dan 3 bulan
"Sehingga total akan ada 15 seri yang akan diluncurkan."
Mekanisme Transaksi
Secara teknis, jika pasar saham dalam kondisi “Bearish” atau jika khawatir harga akan turun, maka investor dapat melakukan jual atau “SHORT” produk SSF. Investor “SHORT” akan mendapatkan keuntungan apabila harga underlying turun, karena investor tersebut telah mengunci harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga di pasar yang lebih rendah.
Sebaliknya, jika kondisi pasar saham “Bullish” atau jika prediksi harga akan naik, maka investor dapat melakukan beli atau “LONG”. Investor “LONG” akan mendapatkan keuntungan apabila harga underlying naik, karena investor tersebut telah mengunci harga beli yang lebih rendah dibandingkan harga di pasar yang lebih tinggi.
Untuk bertransaksi SSF, investor hanya mengeluarkan initial margin yang ditetapkan oleh perusahaan efek dengan nilai minimal 4% dari total transaksi saham biasa.
Sebagai contoh, jika harga saham ABCD adalah Rp2.500/lembar, maka total dana transaksi 10 lot saham ABCD = Rp2.500/lembar x 100 lembar saham (satuan lot) x 10 lot = Rp2.500.000. Sementara total dana transaksi 10 kontrak SSF saham ABCD adalah Rp2.500 x 100 x 10 x 4% = Rp100.000 (asumsi initial margin yang ditetapkan oleh perusahaan efek sebesar 4%)
(ibn/frg)