"Menurut kami FOMC akan mengubah median proyeksi inflasi tahun ini, selain itu kami tidak mengantisipasi perubahan besar pada proyeksi makro dan tingkat suku bunga," kata Kathy Bostjancic, kepala ekonom Nationwide Mutual Insurance Co. Inflasi tinggi belakangan "akan memperkuat keengganan Powell memberi lampu hijau pada penurunan suku bunga dalam waktu dekat."
Para ekonom memandang pengambil kebijakan itu akan menaikkan proyeksi PDB AS tahun 2024 dari 1,4% menjadi 1,7%, sementara inflasi diproyeksikan naik dari 2,4% menjadi 2,5%.
Survei ini dilakukan pada 8-13 Maret dengan 49 ekonom sebagai responden.
Dalam rapat dengar pendapat di Kongres minggu lalu, Powell menekankan bahwa bank sentral berhasil membuat kemajuan untuk mengatasi inflasi menuju target 2% dan perlu "sedikit lebih banyak bukti sebelum mulai menurunkan suku bunga."
"Kita tidak jauh dari hal itu," kata Powell kepada Kongres.
Data ekonomi terakhir memperkuat sikap hati-hati itu. Inflasi AS Februari lebih tinggi dari perkiraan. Ini adalah untuk kali kedua berturut-turut.
"Ketika pertumbuhan, lapangan kerja dan inflasi semua tinggi, the Fed tidak dalam posisi untuk menurunkan suku bunga dalam jangka pendek," kata James Knightley, eknom dari ING.
Hampir semua responden memperkirakan the Fed akan mempertahankan panduan yang dikemukakan pada Januari lalu bahwa penurunan suku bunga tidak akan dilakukan hingga bank sentral lebih yakin bahwa inflasi terus bergerak ke arah target 2%.
Selain mengambil keputusan soal suku bunga, FOMC juga dijadwalkan untuk membicarakan masalah terkait neraca keuangan senilai US$7,5 triliun. The Fed dengan pasif mengurangi portofolio aset melalui pembayaran obligasi yang sudah jatuh tempo--proses yang dikenal dengan nama pengetatan kuantitatif.
Sejumlah ekonom memperkirakan the Fed akan mengumumkan pengurangan percepatan kebijakan pengetatan ini pada Juni, dan langkah ini akan dimulai pada Juni atau Juli.
Dampak kebijakan ini adalah neraca keuangan the Fed akan turun menjadi US$6,7 trilin pada Desember 2025.
Para ekonom semakin optimis dengan perkiraan ekonomi AS. Hanya 17% responden yang memperkirakan resesi dalam 12 bulan ke depan, jauh di bawah 58% responden yang berpandangan sama pada survei Juli 2023.
"Ekonomi terus tampil lebih dari perkiraan di tengah ketahanan konsumen Amerika," kata Joe Brusuelas, kepala ekonom RSM AS. Kekuatan ini menciptakan risiko bahwa "the Fed akan lebih sabar terkait penurunan suku bunga dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya."
Meski demikian, sebagian besar ekonom berpendapat the Fed tidak akan menyatakan kemenangan saat ini. Hanya 27% responden yang setuju dengan pandangan Mantan Deputi Gubernur the Fed Alan Blinder bahwa bank sentral sudah mencapai soft landing untuk ekonomi AS, sementara 73% tidak setuju.
(bbn)