Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan, Bank BTPN Syariah mencatatkan laba bersih Rp1,08 triliun pada tahun buku 2023, ambles 39% dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2022 yang mencapai Rp1,78 triliun.
Efek langsungnya, laba bersih per saham dasar jatuh ke level Rp140 pada tahun 2023, sedangkan di tahun 2022 yang lalu sempat berada di level Rp231.
Dari sisi top line, sejatinya pendapatan bagi hasil BTPS tercatat tumbuh 4,5% menjadi Rp5,2 triliun. Namun pendapatan operasional lainnya menyusut 7,2% menjadi hanya Rp3,94 triliun.
Sayangnya, beban pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atau yang biasa disebut Provision for Allowance for Impairment Losses melonjak tajam 100,8% yoy atau dua kali lipat menjadi Rp1,9 triliun, yang timbul dari piutang murabahah termasuk didalamnya nasabah-nasabah restrukturisasi Covid-19. Ini menjadi salah satu sebab yang terus menggerus kinerja keuangan BTPS.
Disebutkan langkah itu sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian terhadap tantangan yang dihadapi oleh segmen nasabah BTPN Syariah yang dilayaninya dalam masa pasca pandemi Covid-19.
Konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 11 analis menghasilkan target harga saham BTPS di angka Rp1.748,50/saham dalam 12 bulan kedepan.
Dengan 6 analis merekomendasikan Hold untuk saham BTPS.
Nicholas Santoso, Analis Verdhana Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi Neutral pada saham BTPS dengan target harga Rp1.450/saham. Sedang, Ilham Firdaus, Analis BNI Sekuritas memberikan rekomendasi Hold dengan target harga dapat mencapai Rp1.600/saham.
(fad/hps)