Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mengalami posisi terendah di 7.308,03 dan tertinggi 7.416,33. Momentum perlambatan telah terlihat di pagi hari dengan tren koreksi ke 7.408,65.
Data global memperberat garak pasar modal domestik, dimana ekonomi AS menunjukkan tantangan lebih berat bagi para pengambil kebijakan di Bank Sentral yang makin melemahkan kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja pada Kamis pagi waktu setempat, Inflasi Indeks Harga Produsen pada Februari menguat 0,6% month-to-month (mtm) dari Januari.
Para pejabat The Fed akan menggelar pertemuan komite (Federal Open Market Committee/FOMC) pada Rabu pekan depan, dan pasar memperkirakan bunga acuan akan tetap dipertahankan di level saat ini.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data PPI ini menjadi penting karena merupakan salah satu komponen dalam perhitungan data Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index yang kebetulan adalah indikator favorit Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengukur inflasi.
Sebelumnya secara teknikal IHSG berpotensi melemah, searah dengan indeks global, dengan menuju area support trendline garis merah terdekatnya 7.400, yang tepat berada di dalam range area support pada time frame daily dengan level 7.380 dan 7.415.
Anomali Pasca ATH
Pasar modal tampak kokoh dalam beberapa tahun terakhir dengan sempat bertengger ke rekor tertinggi sepanjang sama. Kinerja emiten bank memang positif menyebabkan asing memburu.
Herditya Wicaksana, riset analis MNC Sekuritas menjelaskan bahwa dukungan saham perbankan menjadikan IHSG moncer hingga Kamis (14/3/2024). “Untuk penguatan IHSG ini tidak lepas dari runutan even dimana kita ketahui bahwa kinerja emiten perbankan yg membaik di full year 2023,” jelas Herditya.
Selain itu, lanjut Hedri, kinerja positif IHSG ditopang oleh kepastian hasil Pemilu 2024. “Selanjutnya, [ada juga] kenaikan harga komoditas seperti emas, batu bara, dan minyak mentah serta yang terbaru adalah dividen dari emiten perbankan yang dapat dikatakan jumbo,” tambah dia.
Herditya lantas mengatakan bahwa selama perhelatan, baik itu pra maupun paska Pemilu, IHSG terus memberikan nilai return yang cukup positif mulai 2% hingga 40%.
Belakangan, IHSG melonjak 2% dalam sepekan ke level 7.420, yang juga merupakan rekor tertinggi. Dalam 52 minggu terakhir IHSG telah mencatatkan kenaikan sekitar 9,7%, dari data yang dikumpulkan Bloomberg.
Daftar Saham Kakap yang Sempat Jadi Incaran Asing
Saham-saham perbankan besar yang dikenal dengan ‘The Big Four’ mendominasi pembelian oleh asing pada momentum pasca Pemilu 2024. Hal yang sekaligus mengantarkan saham sektor keuangan paling unggul dalam pembelian bersih oleh asing (net foreign).
Meski begitu terselip satu saham BUMN telekomunikasi, PT Telkom (TLKM) yang juga dikoleksi asing pasca momentum pemilu. Empat saham bank besar dan Telkom, kata Sufianti, Analis Strategis Ekuitas Bloomberg Intelligence, menyumbang mayoritas (98%) dari Rp8,8 triliun pembelian investor asing sektor keuangan.
“Pembelian investor asing selama bulan Februari, dengan saham Indonesia yang menarik masuk lebih dari Rp10 triliun, setelah pada Januari mencapai kisaran Rp8,3 triliun,” jelas dia.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat pembelian asing paling tinggi per 29 Februari, sekitar Rp2,86 triliun. Saham mengalami kenaikan hingga 7,5% dan mengakumulasi kapitalisasi pasar Rp928,29 triliun.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berada di urutan kedua dengan laju kenaikan harga saham 5,3%. Saham BMRI menjadi buruan asing dengan nilai pembelian bersih Rp2,43 triliun. Kapitalisasi pasar per akhir bulan lalu tercatat Rp655,66 triliun.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 3,4% efek pembelian saham oleh asing sebanyak Rp2,2 triliun. Kapitalisasi pasar BBCA, bank milik grup bisnis Djarum ini paling besar, mencapai Rp1.208 triliun.
Investor asing sedikit bergeser ke saham infrastruktur, dengan Telkom Indonesia jadi target buruan. Akumulasi beli BUMN telekomunikasi oleh asing mencapai Rp1,58 triliun hingga kapitalisasi pasar berada di kisaran Rp383,37 triliun.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami lonjakan harga saham 4,3% dengan arus pembelian oleh asing mencapai Rp1,15 triliun. Kapitalisasi pasar BBNI tercatat Rp220,05 triliun.
Di tengah akumulasi saham likuid oleh investor asing, terjadi pula pelepasan saham secara besar-besaran seperti PT Merdeka Copper Gold, PT GoTo Gojek Tokopedia, PT Astra International, PT AKR Corporindo, dan PT Indosat.
(wep)