Jakarta - Investasi di pasar modal adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Melalui investasi, uang yang kita kumpulkan tidak akan tergerus inflasi. Akan tetapi, berinvestasi langsung di pasar modal dengan membeli saham misalnya, membutuhkan pengetahuan yang cukup dan modal yang relatif besar,.
Tanpa pengetahuan yang memadai, investor bisa terseret arus “pom pom” saham, atau terbawa jebakan para spekulator di pasar saham. Jika ingin menjadi investor aktif, seorang investor harus menguasai analisis teknikal. Sedangkan, jika kebutuhan investasinya untuk jangka panjang, investor harus mempelajari analisis fundamental.
Bagaimana jika seorang investor tidak memiliki waktu untuk mempelajari strategi investasi? Dan tidak ingin repot untuk memantau perkembangan harga saham yang diinvestasikannya? Atau sebagai investor pemula, apa yang harus dilakukan?
Jawabannya adalah investor bisa mulai berinvestasi dengan membeli reksa dana. Reksa dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI). MI adalah perusahaan sekuritas yang telah mendapatkan izin mengelola dana investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta memiliki profesional yang telah mendapatkan sertifikasi sebagai Wakil Manajer Investasi (WMI).
Selanjutnya, MI menginvestasikan dana milik para investor ke dalam berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Instrumen reksa dana dalam satuan unit reksa dana bisa diperjualbelikan oleh investor melalui MI atau Wakil Agen Penjual Reksa Dana (WAPERD) yang izinnya dimiliki oleh sejumlah bank.