"Selama beberapa tahun terakhir, kita telah hidup di dunia di mana apa yang kita pikir tidak mungkin terjadi," kata Macron. "Perang ada di tanah Eropa - jaraknya kurang dari 1.500 kilometer antara Strasbourg dan Lyiv."
Macron memicu ketegangan dengan sekutu dua minggu lalu dengan mengatakan tidak ada yang boleh dikesampingkan ketika ditanya tentang penempatan pasukan di Ukraina. Dia berpendapat bahwa ambiguitas strategis diperlukan untuk mencegah Moskow. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Gedung Putih dengan cepat menolak opsi tersebut, sementara Putin memperingatkan bahwa NATO berisiko menghadapi konflik nuklir jika mengirim pasukan untuk membantu Ukraina.
Macron telah berupaya memimpin Eropa dalam mendukung Ukraina, mengatur pertemuan para pemimpin di Paris, di mana negara-negara setuju untuk menyediakan amunisi yang sangat dibutuhkan bagi militer Ukraina di luar Uni Eropa. Mereka juga menandatangani pakta pertahanan bilateral dengan Ukraina dan Moldova. Minggu lalu, dia mengirim diplomat terkemukanya ke Lithuania untuk menggalang dukungan dari negara-negara Baltik, yang memuji urgensi yang ditunjukkan oleh Macron.
Pada saat yang sama, Scholz telah menghadapi kritik karena menolak untuk menyetujui permintaan Kyiv menyediakan rudal jelajah Taurus jarak jauh. Kanselir tersebut justru menekankan bahwa Jerman adalah salah satu pendukung paling dermawan bagi Ukraina, berjanji memberikan bantuan militer senilai sekitar US$30 miliar.
Eurasia Group dalam catatan mengatakan, meskipun pertemuan di Berlin tidak akan membawa perubahan besar, ini adalah kesempatan terakhir bagi Scholz dan Macron untuk memperbaiki hubungan mereka menjelang pemilihan parlemen Uni Eropa bulan Juni dan penunjukan pemimpin baru NATO pada musim panas.
“Baik bahwa kita berkumpul dalam format Segitiga Weimar saat ini,” kata Scholz kepada wartawan pada Rabu (14/03/2024). “Tentu saja tepat untuk duduk bersama dan berbicara sekarang,” tambahnya, sambil menyinggung bahwa amunisi dan artileri ke Ukraina adalah masalah mendesak yang akan dibahas. Scholz menegaskan bahwa hubungannya dengan Macron "sangat bersahabat."
Dalam wawancara tersebut, Macron mengritik lawan-lawan dalam negeri yang tidak mendukung perjanjian keamanan bilateral dengan Ukraina yang disahkan di parlemen awal minggu ini.
"Abstain dan memberikan suara menentang dukungan untuk Ukraina artinya memilih kekalahan," katanya.
Namun, dukungan untuk Ukraina di kalangan para pemilih Prancis telah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Jumlah orang yang berpendapat bahwa Paris harus mempertahankan tingkat bantuan militer saat ini telah turun 9 poin sejak musim panas lalu menjadi 43%, berdasarkan survei terhadap 1.504 orang dewasa pekawan lalu oleh lembaga jajak pendapat Elabe untuk BFM TV dan surat kabar La Tribune Dimanche.
Empat perlima mengatakan mereka khawatir dengan gagasan bahwa perang akan menyebar ke luar Ukraina, dan menentang penempatan pasukan Prancis di wilayah Ukraina.
"Apa yang terjadi di Ukraina?" tanya Macron. "Sebuah perang yang penting bagi Eropa dan Prancis."
(bbn)