Inflasi harga produsen (PPI/IHP) mencatat kenaikan tertinggi dalam enam bulan, mengikuti kuatnya data inflasi konsumen (CPI/IHK) yang dirilis Selasa lalu. Penjualan ritel AS pada Februari juga naik meski lebih kecil ketimbang prediksi setelah turun tajam pada awal tahun, menggarisbawahi kekhawatiran terkait kekuatan daya beli masyarakat di negeri Paman Sam.
Data-data ekonomi itu membuat pelaku pasar beramai-ramai menjual saham dan surat utang. Indeks saham Wall Street ditutup merah di mana S&P 500 dan indeks Nasdaq tergerus 0,3%, sedang Dow Jones turun 0,35%. Pasar obligasi global juga terseret, ditutup turun 0,41%. Para pedagang di pasar swap mengurangi probabilitas penurunan bunga tahun ini, pivot bunga The Fed diprediksi baru akan dimulai Juni atau Juli nanti dengan total penurunan lebih kecil ketimbang harapan semula.
"Data-data ekonomi terakhir yang dirilis tidak menawarkan hal baru bagi pertemuan The Fed [FOMC] pekan depan. Yang kami amati, penjualan ritel pada kuartal satu ini mungkin mengisyaratkan terjadinya stagflasi walaupun dari sedikit data dan belum memadai untuk menarik kesimpulan lebih luas,," kata Ian Lyngen di BMO Capital Markets, seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Hari ini pelaku pasar domestik akan menunggu juga rilis data neraca dagang Februari yang dijadwalkan pada pukul 09.00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi nilai surplus neraca dagang RI pada Februari US$ 2,32 miliar. Lebih tinggi ketimbang Januari yang surplus US$ 2,01 miliar, nilai surplus terendah sejak Juli 2023.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah hari ini dengan target koreksi menuju area level Rp15.600/US$ yang merupakan support terdekat sebelum break MA-50 dan MA-100 dan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.630/US$-Rp15.650/US$.
Apabila kembali level support tersebut tertembus, rupiah berpotensi melemah lebih jauh menuju level Rp15.680/US$ hingga Rp15.700/US$ sebagai support terkuat.
Sebaliknya bila rupiah mengindikasikan penguatan, level resistance menarik dicermati pada level Rp15.550/US$ dan Rp15.520/US$. Dalam jangka menengah (Mid-term) rupiah masih ada berpotensi menguat kembali ke level Rp15.500/US$.
(rui)