Perkembangan ini meredakan ekspektasi bahwa bank sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Sebab, inflasi ternyata masih ‘bandel’ dan perjuangan menuju target 2% masih akan panjang.
“Saya memperkirakan tekanan akan terus terjadi di pasar emas karena data ekonomi AS yang kuat. Ini membuat investor mempertanyakan seberapa cepat The Fed bisa memangkas suku bunga acuan,” tegas Chris Gaffney dari EverBank, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Padahal suku bunga adalah faktor yang sangat penting dalam menggerakkan harga emas. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Berinvestasi di emas menjadi kurang menguntungkan saat suku bunga tinggi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sejatinya masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 69,99. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stichastic RSI berada di 54,66. Masih cukup jauh dari area jenuh beli (overbought) sehingga ada ruang untuk akumulasi.
Dengan demikian, harga emas berpeluang naik. Target resisten terdekat adalah US$ 2.168/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.174/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.156/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun menuju US$ 2.096/troy ons.
(aji)