Sekadar catatan, Bulog menyampaikan penyaluran beras untuk program SPHP per 12 Maret 2024 telah mencapai 430.649 ton, dengan porsi yang telah disalurkan ke ritel modern adalah sebanyak 13.748 ton dan distributor 111.076 ton.
Untuk minyak goreng, Presiden mengatakan pemerintah baru saja meresmikan pabrik di Deli Serdang untuk langsung mengolah minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi minyak goreng atau minyak makan merah.
“Sangat bagus, pertama karena gizinya tidak hilang, vitaminnya tidak hilang; vitamin A, E, dan yang lain ada di situ. Dengan demikian, kita akan kembangkan tidak hanya di Deli Serdang, tetapi akan kita tambah lagi di provinsi lain,” kata Jokowi.
Harga minyak goreng merah, lanjutnya, juga relatif lebih murah dan di bawah harga minyak goreng biasa. “Vitaminnya banyak, tetapi harganya lebih murah. Saya kira ini menjadi tren baik untuk urusan goreng-menggoreng.”
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan kenaikan harga pangan paling drastis tidak bisa dihindari menjelang Ramadan, seiring dengan siklus lonjakan permintaan sebelum bulan puasa.
Pada fase pertama, terangnya, semua harga bahan pokok akan naik serempak karena tingginya permintaan. Fase kedua, harga akan sedikit melandai atau stagnan sebelum periode Idulfitri. Fase ketiga, harga akan kembali bergejolak pascaperayaan Lebaran.
"Jadi, masa pada saat permintaan [naik] itu akan akrab terjadi; fase di mana konsumsi akan melonjak," jelas Reynaldi ketika dihubungi, Rabu (13/3/2024).
Selain permintaan, sambung Reynaldi, faktor produksi dalam negeri juga turut berperan dalam kenaikan harga pangan. Dia mencontohkan gangguan produksi, seperti gagal panen pada beberapa sentra pertanian cabai, menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga.
Komoditas Paling Rawan
Dari sisi komoditas, Reynaldi menyebut cabai merah adalah bahan pangan yang paling terdampak oleh kedua faktor tersebut. Begitu pula dengan telur ayam, yang dipengaruhi oleh faktor harga pakan seperti jagung pipil di tingkat peternak.
Selain cabai dan telur ayam, komoditas lain yang rawan mengalami kenaikan harga dalam pandangan Ikappi saat ini adalah minyak goreng dan gula pasir.
Menyelisik hal tersebut, Reynaldi menjelaskan bahwa situasi kenaikan harga pangan ini akan tetap bertahan jika tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas.
"Jika suplai dan permintaan seimbang, pemerintah mampu untuk menekan harganya. Namun, jika tidak seimbang, imbasnya adalah lonjakan harga, bahkan kelangkaan barang, dan ini yang kita khawatirkan," tegasnya.
Kondisi ini perlu diantisipasi dengan langkah-langkah yang tepat dari pemerintah, termasuk memastikan pasokan terjamin bagi pasar tradisional dan ritel modern.
"Karena pasar tradisional adalah ujung kontribusi pangan rakyat, dan pasar juga ujung perekonomian rakyat, jika terganggu pasokannya akan bermasalah sampai ke tingkat konsumen," tuturnya.
"Jadi hulu ada tingkat produsennya, di tengah ada distributornya, jadi seluruhnya ini harus dikomunikasikan, dan siapa yang orkestrasi ini semua? Menjelang hari-hari besar [keagamaan] ya itu nanti pemerintah," sambungnya.
Kenaikan harga pangan klaim Reynaldi terjadi setiap tahun. Untuk itu, dibutuhkan penanganan jangka panjang dengan fokus pada peningkatan produksi dalam negeri.
Hal ini meliputi peningkatan jumlah produksi, serta pembahasan mengenai rencana besar sektor pangan yang masih perlu diperbaiki agar data pangan lebih akurat dan dapat menjadi acuan yang tepat.
Adapun, dalam desain besar sektor pangan, diperlukan kerja sama antarlembaga pemerintah tanpa adanya ego sektoral. Hal ini harus diiringi dengan keterlibatan Presiden untuk memastikan komoditas pangan terjangkau bagi masyarakat.
"Mau tidak mau, Presiden yang ambil alih [data] supaya komoditas pangan ini bisa terjangkau. Dengan cara apa? Diubah grand design pangannya. Jika ada perubahan tentu akan berdampak baik," tegas Reynaldi.
(red/wdh)