Saham UNVR gencar dilego investor asing hingga mencapai Rp62,01 miliar di awal tahun 2024 di sepanjang perdagangan Januari–Maret, yang sejalan dengan terpangkasnya harga saham UNVR mencapai double digit secara point-to-point selama periode tersebut.
Dalam laporan harian kepemilikan saham Bloomberg, JPMorgan Chase & Co. baru-baru ini kedapatan menjual 1.161.500 saham UNVR. Yang sampai dengan saat ini, JPMorgan hanya menyisakan 54.235.015 juta saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Selain JPMorgan, Sumitomo Mitsui Trust Holdings Inc. dan State Street Corp. yang juga kedapatan mengobral saham UNVR secara masif, dengan posisi jual bersih (Net Sell) mencapai jutaan saham.
Adapun Sumitomo Mitsui Trust melepas 2.821.615 saham UNVR pada Maret 2024 ini, sedangkan State Street Corp. melepas sebanyak 8.012.706 saham pada bulan yang sama.
Berdasarkan data Bloomberg, total kepemilikan saham UNVR oleh Sumitomo Mitsui Trust tersisa 5.751.851 saham atau setara 0,02%. Sedangkan State Street Corp. mengoleksi total 22.074.292 saham (0,06%).
Berikut empat nama investor asing lainnya yang terungkap menjual besar-besaran saham UNVR, sebagaimana tercatat dalam laporan harian kepemilikan saham Bloomberg.
- CIMB Group Holdings Bhd. menjual 874.300 saham dan tersisa 1.126.942 saham UNVR
- Allianz SE. menjual 610.600 saham dan tersisa 2.840.300 saham UNVR
- Credit Agricole Group. menjual 612.352 saham dan tersisa 25.252.269 saham UNVR
- Invesco Ltd. menjual 692.600 saham dan tersisa 4.203.800 saham UNVR
Tekanan atas laju saham UNVR awalnya datang dari persaingan antar produsen dan menurunnya kinerja keuangan perusahaan Unilever Indonesia.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengungkapkan, melemahnya saham UNVR dikarenakan kinerja keuangan belakangan turun signifikan di bawah ekspektasi. Selain itu, pangsa pasar UNVR juga diambil alih oleh sektor konsumer yang belum melantai di Bursa. Mereka bisa menjual produk serupa dengan harga jual di bawah harga Unilever Indonesia.
Tak hanya itu, tekanan juga datang dari dampak boikot yang diserukan bagi produk atau perusahaan yang terafiliasi Israel menjadi sentimen negatif bagi saham UNVR.
UNVR mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan di sepanjang tahun 2023, di mana penjualan Unilever drop mencapai 6,1% yoy, yang jauh di bawah estimasi dan juga konsensus pasar.
Sentimen negatif ini berefek pada pencapaian penjualan dalam negeri UNVR di Kuartal IV-2023 yang terkoreksi mencapai double digit, menyentuh 15,3% qoq.
“Kami mengestimasi kinerja penjualan di 2024 cenderung flat dengan memperhatikan beberapa faktor, ketidakpastian dari tahun politik tahun ini, masih tingginya tingkat suku bunga yang bertahan lebih lama, masih berlanjutnya down trading behavior untuk household spending, namun perlu diantisipasi adanya lonjakan kinerja jangka pendek menyusul, dan datangnya festive season pada akhir Kuartal I-2024,” paparnya.
Sebagai informasi, UNVR hanya mampu mencatatkan laba bersih Rp4,8 triliun di sepanjang tahun 2023, turun 10,5% dari sebelumnya Rp5,36 triliun. Penjualan bersih juga ikut turun dan tersisa Rp38,61 triliun.
Konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 30 analis menghasilkan target harga saham UNVR di angka Rp3.024,46/saham dalam 12 bulan kedepan.
Dengan 17 analis merekomendasikan Hold untuk saham UNVR, hanya 4 analis memberi saran Buy, dan sisanya 9 analis merekomendasikan Sell.
Terbaru, Selviana Aripin, analis HSBC memberikan rekomendasi Reduce pada saham UNVR dengan target harga dipangkas ke Rp2.400/saham. Sedangkan, Heribertus Ariando, analis Trimegah Sekuritas memberikan rekomendasi Neutral dengan target harga dapat mencapai Rp2.850/saham.
(fad)